Calon Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat ketika bersilaturahmi dengan Kompak di RM Harmoni Kertek. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Ketua Paguyuban Pedagang Kaki Lima (PKL) Wonosobo Saad Priyono meminta Pemkab setempat ke depan tidak menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) yang merugikan para PKL.

“Sebab, selama ini, PKL selalu dianggap sampah dan musuh oleh pemerintah. Berdagang di mana pun di seputar kota Wonosobo selalu dioprak-oprak oleh Satpol PP,” katanya.

Saad Priyono mengatakan hal itu, usai acara “Silaturrahmi dan Deklarasi Relawan Komunitas Pedagang Keliling (Kompak) untuk Wonosobo Lebih Baik” dengan Calon Bupati Afif Nurhidayat dan Wakil Bupati M Albar di RM Harmoni, Kertek, Jumat (7/11).

Kompak, menurut Saad, mendukung Afif-Albar dalam Pilkada 9 Desember 2020 nanti, karena keduanya putra daerah asli Wonosobo. Kedua politisi itu, juga dipandang mampu menyelesaikan persoalan PKL di Wonosobo.

“Karena Afif-Albar orang Wonosobo, PKL mau silaturrahmi ke rumah bisa. Mau berkeluh-kesah juga kedugo karena sudah saling kenal,” ujar pria yang kerap jualan pakaian dan perlengkapan sholat itu.

Jadi Sahabat

Ketua Paguyuban PKL Wonosobo, Saad Priyono. Foto : SB/Muharno Zarka

Selama menjadi wakil rakyat, PKL di Wonosobo kerap berkomunikasi dengan keduanya. Baik bersilaturahmi ke rumah atau bertemu di ruang kerjanya. Semua keluhan PKL, saat itu, juga ditanggapi dan direspon dengan baik.

“Mudah-mudahan setelah jadi Bupati dan Wakil Bupati Wonosobo, sikap Afif-Albar, tidak berubah. Permintaan PKL tidak macem-macem. Hanya ingin berjualan dengan aman dan nyaman. Tidak dioprak-oprak surah pindah,” tegasnya.

Dikatakan Saad, anggota PKL dan pedagang keliling di Wonosobo, seluruhnya berjumlah 5000 lebih. Mereka berjualan untuk bertahan hidup dan menghidupi kekuarga. Bagi PKL, time is money dan pantang pulang sebelum dapat uang.

Calon Bupati Afif, yang didampingi Pembina Kompak, Idham Cholid, menyatakan siap menjadi sahabat dan teman bagi PKL. Segala kebijakan Pemkab Wonosobo ke depan terkait penataan pedagang akan melibatkan PKL.

“Sebelum jadi guru dan terjun ke dunia politik, saya dulu juga pernah jadi PKL, jualan pakaian keliling. Sehingga saat ini pun bisa merasakan bagaimana pahit getirnya berprofesi sebagai PKL,” akunya.

Muharno Zarka-Wahyu