Oleh Dr KH Muchotob Hamzah MM
Sudah jelas posisi umat Islam RI menyikapi NKRI Harga Mati. Masih ada saja orang yang mengkhawatirkan bercokolnya kanker Chaufinisme (‘Ashabiyah) di dada umat Islam Indonesia.
Kekhawatiran yang berlebihan, sehingga menstigma orang yang memperjuangkannya dianggap menyembah thaghut dan seterusnya.
Untuk merunut hal tersebut, perlu merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits, dengan dialog imajinatif di bawah ini:
Pertama: adakah Nabi Muhammad SAW sebagai uswah hasanah mencintai bangsa dan negaranya?
Jawab: Ya! Nabi Muhammad SAW sebagai the living Qur’an tidak hanya mencintai keluarga, bangsa, negara, tetapi mencintai kemanusiaan (QS. Al-Maidah/32, semua manusia tanpa pandang suku ras agama dan antar golongan:
…من احیاها فکانما احی النا س جمیعا), kehewanan (perasaan takut kepada Allah karena membiarkan hewan lapar dan memberikan beban berat: Abu Dawud 1/400; Ahmad 1/204-205; diampuni dosa karena memberi minum anjing, Bukhari 5/40, no 2363) dan ketetumbuhan (Al-Qur’an menyebut 115 kali tentang tumbuhan dan fungsinya sehingga mesti disayangi), bahkan mencintai semua yang ada. Hanya saja, cinta yang asyaddu hubban, lillaah (hanyalah kepada Allah SWT. QS. Al-Baqarah 165).
Kedua: apakah Al-Qur’an menutup mata tentang realitas bahwa manusia serupa tetapi berbangsa-bangsa? Jawab: Tidak! Al-Qur’an mengakui eksistensi suku, kabilah dan bangsa (QS. Al-Hujurat/13). Tetapi semuanya sederajat kecuali dalam ketaqwaan (QS. Al-Hujurat/13).
Ketiga: Nabi saw. sangat mencintai Makkah dan Madinah: وفی تفسیرالایة اشارة الی ان حب الوطن من الایمان۔۔۔ (Ismail Al-Haqqi Al-Hanafi, Ruuh al-Bayaan, Beirut: Dar al-Fikri, Juz. 5, hlm. 441-2)).
Apakah Nabi Muhammad SAW menjadikan keduanya thaghut? Jawab: Sama sekali tidak! Bahkan ulama menyebutnya sebagai tanda keimanan umat kepada Allah SWT.
Keempat: Nabi Muhammad SAW memandang orang yang mati membela keluarganya termasuk mati syahid. من قتل دون اهله فهو شهید (Riyadhus-Shalihin no 1356).
Cinta Bangsa
Apakah cinta alami kepada bangsa diashabiyahkan? Jawab: Tidak! Yang ashabiyah itu membela bangsa dalam hal kesalahan (لا ولکن من العصبیة ان یعین الرجل قومهُ علی الظلم: HR Ahmad, dhaif menurut Ab-Nasai, Hasan menurut Al-Arnauth karena ada mutaba’ah).
Kelima: Nabi Muhammad SAW sangat mencintai cucunya (Bukhari, Al-Fath al-Bari viii). Apakah lalu Nabi Muhammad SAW tidak mencintai umat Islam dan kemanusiaan? Jawab: Tentu tidak benar!
Keenam: apakah dengan mencintai bangsa Indonesia via sila Persatuan Indonesia berarti membenci bangsa lain di dunia? Tidak juga! Karena ada sila kemanusiaan yang adil dan beradab.
Ketujuh: apakah dalam “Pancasila” ada satu saja sila yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadits? Jawab: Tidak ada!
Kedelapan: apakah dengan NKRI Harga Mati tidak menghalangi ukhuwwah Islamiyah yang dipetintahkan Islam? Jawab: Tidak! Tebukti Indonesia memiliki peran besar di Organisasi Kerjasama Negara-negara Islam (OKI) sedunia.
Kesembilan: apakah dengan NKRI harga mati tidak menyamakannya dengan Al-Qur’an? Jawab: Tidak! Al-Qur’an tidak bisa dan tidak boleh diubah (Al-Hijr/9).
Sedangkan UUD dan NKRI bisa diubah, tetapi menjadi tidak bisa diubah karena melanggar kesepakatan yang dilarang oleh Islam (QS. Al-Maidah/1).
Mirip dengan niatan Umar bin Khatthab RA untuk membunuh Abdullah bin Ubay bin Salul. Sebenarnya ijtihad Umar bin Khatthab ra. adalah boleh karena dia membahayakan eksistensi negara melebihi kafir harbi.
Tetapi Nabi Muhammad SAW melarang karena menghindari omongan orang bahwa “Nabi Muhammad SAW membunuh sahabatnya sendiri” (لا یتحدث ان محمدا یقتل صاحبه۔ Prof. Quraish Shihab, Sejarah Nabi dalam Hadits Sahih).
Kesepuluh: apakah hari ini boleh membuat daulah Islamiyah atau khilafah? Jawab: Boleh meskipun utopi! 1. di luar negara mu’ahadah seperti NKRI, 2. manfaat lebih besar dari madharat dan 3. mampu mengubah sistem internasional yang telah mapan.
Wallaahu A’lam bis-Shawaab!
Penulis Dr KH Mukhotob Hamzah MM, Rektor Unsiq Jateng di Wonosobo