WONOSOBO (SUARABARU.ID)-Wonosobo punya potensi wisata alam yang luar biasa. Tak hanya kawasan pegunungan Dieng (Dieng Plateau) yang bisa diandalkan. Karena beberapa wilayah kecamatan juga kaya akan potensi wisata alam yang tak kalah menarik.
Di Kecamatan Kaliwiro dan Wadaslintang, setidaknya ada beberapa tempat wisata berbasis alam yang ke depan dikembangkan Pemkab Wonosobo. Pengembangan potensi wisata alam di dua kecamatan tersebut bisa melengkapi tempat wisata yang sudah ada.
Calon Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat menyebut Wadaslintang mempunyai obyek wisata air berupa waduk dan curug serta wisata berupa bukit dan gunung yang tak kalah menawan wievnya. Wisata air dan bukit sama-sama punya keunggulan masing-masing.
“Di Waduk Wadaslintang yang masuk Desa Kumejing kini tengah dikembangkan wisata air berupa banana boat dan perahu wisata. Di Desa Erorejo sudah dikenal dengan wisata Lubang Sewu yang selalu muncul dan ramai dikunjungi saat musim kemarau”, katanya.
Sebab, imbuh Afif, area wisata Lubang Sewu tengelam jika debit air Waduk Wadaslintang naik di musim penghujan. Di tempat ini selain bisa menikmati bebatuan padas berwarna putih kecoklatan, wisatawan bisa melihat matahari tenggelam (sanset).
Selain wisata air, Wadaslintang juga mempunyai potensi wisata alam berbasis bukit dan gunung. Seperti Bukit Siloreng di Desa Somogede dan Bukit Windusari di Desa Erorejo. Di dua bukit tersebut bisa terlihat hamparan lahan dan Waduk Wadaslintang yang menghijau.
“Wisata Kebun Bunga juga tengah dikembangkan di Desa Lancar. Di desa yang berada di perbatasan dengan Kebumen ini, beberapa petani membudidayakan aneka taanaman bunga, seperti bungka krisan, anggrek, remix, lalypop dan bokardi”, sebutnya.
Desa Wisata
Tak mau kalah dengan Wadaslintang, Kecamatan Kaliwiro dan Kalibawang juga tengah menggenjot desa wisata dengan andala keelokan dan agrowisata. Di Desa Winongsari sudah lama dikenal dengan obyek wisata Curug Winong yang punya keunikan tersendiri.
Gus Albar menambahkan Curug Winong punya ciri khas ketinggian menjulang dengan tampias air yang menyerupai gerimis hujan. D ibawah curug wisatawan bisa “hujan-hujanan” laksana gerimis.
“Ada juga Gunung Lawang di Desa Selomanik. Gunung ini juga cukup unik karena batunya berjejer menyerupai pintu dan di antara dua batu ada lubang menganga. Gunung Lawang ini memang belum dieksplore secara maksimal karena punya medan yang cukup sulit,” katanya.
Gunung Lawang di Desa Selomanik, tambahnya, sebenarnya bisa diintegrasikan dengan Gunung Lanang di Desa Mergolangu Kecamatan Kalibawang, karena letaknya berdekatan. Hanya, karena wilayah pegunungan, butuh ektra keras menyatukan dua tempat wisata ini.
Ke depan, menurut Albar, Pemkab Wonosobo berupaya keras untuk bisa menyokong pembangunan infrastruktur di dua tempat wisata bagi para pendaki gunung itu. Karena jalan menuju ke Gunung Lanang dan Gunung Lawang masih sulit dilalui.
“Meski demikian, sejak beberapa tahun terakhir ini, beberapa wisatawan dari berbagai daerah di luar Wonosobo sudah banyak yang mengunjungi Gunung Lanang dan Gunung Lawang. Di dua gunung itu, wisatawan bisa sama-sama menikmati sunset,” imbuhnya.
Pemkab Wonosobo juga akan mendorong Desa Karangsambung dan Desa Tempurejo untuk mengembangkan wisata Taman Pinus dan Gunung Saru. Sebab, Desa Karangsambung terdapat hutan pinus milik Perhutani dan Desa Temperujo terdapat Gunung Saru.
“Taman Pinus telah didesain menjadi camping ground dan tempat outbond sedang Gunung Saru mengadalkan pemandangan matahari terbenam. Jika digarap dengan baik, wisata alam di wilayah Selatan bisa jadi andalan baru wisata alam di Wonosobo,” tandasnya.
Muharno Zarka-Wahyu