KARANGANYAR (SUARABARU.ID) – Sate Landak termasuk salah satu kuliner ekstrem yang banyak dijajakan oleh restoran dan warung makan di kawasan wisata Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jateng. Menu yang melegenda dan populer ini, karena ada yang mempercayai bahwa Sate Landak dapat menyembuhkan sejumlah penyakit dan meningkatkan vitalitas.
Kecuali disajikan dalam menu sate bakar, ada juga yang dimasak tongseng (berkuah) dan rica-rica bumbu merica-kecap. Terasa enak ketika disantap di objek wisata Tawangmangu, tempat pelancongan berhawan dingin di lereng Gunung Lawu.
Landak adalah binatang pengerat (Rodentia) yang hampir seluruh badannya ditumbuhi rambut berupa duri tajam. Hewan ini, banyak ditemukan di Asia, Afrika, maupun Amerika, dan menyebar pula di daerah tropis termasuk Indonesia. Landak, merupakan hewan pengerat terbesar ketiga dari segi ukuran tubuh, setelah kapibara dan berang-berang.
Landak secara umum adalah termasuk binatang herbivora, yang menyukai daun, batang, khususnya bagian kulit kayu. Karena hal inilah, Landak dianggap sebagai hama tanaman pertanian. Meskipun demikian, orang juga menjadikan Landak sebagai salah satu bahan pangan. Seperti dimasak sebagai sate, dan menjadi menu khas kuliner di objek wsiata lereng Gunung Lawu, khususnya di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jateng.
Landak yang jenis biasa, dikenal sebagai Hystrix. Tapi secara umum, Landak juga dipakai untuk menyebut anggota dari suku/famili Erethizontidae (landak Dunia Baru, marga: Coendou, Sphiggurus, Erethizon, Echinoprocta, dan Chaetomys) dan Hystricidae (landak Dunia Lama, marga: Atherurus, Hystrix, dan Trichys).
Manfaat yang terkandung dalam daging landak cukup banyak. Diantaranya untuk megobati penyakit asma, mengobati penyakit hati, ekornya untuk peningkat vitalitas, kesehatan daya tahan tubuh. Saat berwisata ke Bukit Sekipan, Tawangmangu, Karanganyar, jangan lupa mampir ke warung makan yang menyajikan menu Sate Landak. Pelancong dapat memilih, karena warung yang menjajakan Sate Landak jumlahnya banyak dan berderet.
Karena bahannya tergolong tidak mudah untuk mendapatkannya, tarip Sate Landak menempati urutan termahal dibandingkan menu Sate Kelinci atau Sate Ayam. Di Warung Makan Shinsyabid, Sekipan, harga seporsi Sate Landak taripnya Rp 35 ribu. Sate Ayam hanya Rp 18 ribu dan Sate Kelinci Rp 22 ribu. Pembeli dapat menikmati Sate Landak secara duduk lesehan di atas hamparan tikar atau karpet.
Lontong Nasi
Sate Landak disajikan dengan lontong atau nasi. Bumbunya seperti bumbu Sate Ayam atau Sate Kelinci, dilengkapi sambal kacang. Disajikan masih dalam kondisi tususkan, sepiring berisi 10 tusuk. Di piring Sate Landak, juga dilengkapi irisan cabe (lombok) dan irisan bawang merah.
Adalah Sukatno (76), pemilik Rumah Makan (RM) Gunung Mas, yang pada Tahun 2006 mendapatkan penghargaan dari MURI karena menjadi orang pertama pemrakarsa menu Sate Landak di Indonesia.
Di RM Gunung Mas, di Jalan Raya Tawangmangu-Mastesih KM 2 ini, Sate Landak menjadi menu khas kuliner yang disajikan sejak Tahun 1998, disamping ada pula menu Sate Biawak dan Sate Tupai. Menurut Sukatno, awalnya dia jengkel karena tanaman Salak di kebun belakang selalu gagal, karena dimangsa Landak.
Banyak Peminat
Untuk menanggulangi serangan Landak pada tanaman Salak, Sukatno, memasang jerat, dan Landak yang terkena jerat kemudian disembelih untuk diolah dagingnya, dan ternyata enak. Itulah momentum awal Sukatno yang kemudian berani menjajakan menu Sate Landak untuk ikut dijual di rumah makannya. Menu Sate Landak banyak peminatnya, karena ada yang percaya untuk penyembuh penyakit dan peningkat vitalitas.
Untuk mendapatkan Landak, harus didatangkan dari Kabupaten Gunungkidul (DI Yogyakarta), Pacitan dan Magetan (Jatim), Boyolali (Jateng). Landak yang dijadikan bahan sate, per ekor rata-rata yang memiliki berat badan 8 Kg. Setiap 1 Kg daging Landak, dapat dijadikan sekitar 25 tusuk sate.
Karena tidak mudah untuk mendapatkan Landak, penjual Sate Landak ada yang berupaya beternak Landak sendiri. Tiap tahun, setiap betina indukan Landak, dapat beranak 2 sampai 3 kali, dengan kelahiran setiap betina bisa 1 ekor atau 2 ekor.
Bambang Pur