blank
BERSAMA BUAH HATI: Kairul Anwar (kiri) bersama salah satu buah hatinya. (dok)

SEMARANG (SUARABARU.ID)  – Setiap orang punya pengalaman paling mengesankan dalam hidupnya. Buat Kairul Anwar, komisaris PSIS Semarang, ikut berperan meloloskan Laskar Mahesa Jenar promosi ke Liga pada 2017 merupakan hal yang paling indah selama mengurus sepak bola. Dalam laga perebutan tempat ketiga, Mahesa Jenar menang dramatis 6-4 atas Martapura FC.

”Partai melawan Martapura FC terasa luar biasa. Nuansa pertandingannya punya nilai edukasi dan psikis bagi saya,” ujar Ketua Komisi Banding Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jateng ini, Jumat (18/9).

Pria yang juga Kabid Binpres Pertina Jateng itu menyanjung peran Yoyok Sukawi, CEO PSIS, dalam kelolosan tim ke Liga 1. Yoyok beserta staf mengelola klub dengan manajerial yang baik dan kesiapan ekonomi yang ekstra.

Mengenai dukanya selama mengelola langsung Mahesa Jenar, Kairul menyatakan dengan aktif di sepak bola otomatis mengurangi waktu bersama tiga anak dan istrinya, Dian Ria Susanti. Selain itu, harus mau nombok untuk urusan finansial. ”Kendati begitu, saya enjoy saja karena dari bola juga bisa tambah banyak teman. Untuk PSIS, saya support penuh demi target paling tinggi, yakni juara Liga 1,” tegasnya.

Tentang tugasnya sebagai Komdis PSSI, Kairul menititkberatkan pada sisi edukasi, bukan punishment. Dia ingin semua pihak memahami cara bermain bola yang benar. Komdis juga memilih bersikap fleksibel dan familier dalam penanganan kasus yang muncul.

”Saya terbuka untuk konsultasi di mana pun, dan semua free. Sebagai pengurus PSSI, harapan saya cuma satu, kita harus lebih profesional,” ungkap pengidola Bung Karno ini.

Kairul (49), salah seorang advokat top di Kota Semarang dan menjadi lawyer sejak 1999, punya hobi olahraga. Mantan pengurus Pengkot PBVSI Semarang ini suka main bola, voli, renang, lari, dan bulu tangkis. Kiprahnya di sepak bola bermula pada 2009.

Saat itu dia dipercaya menjadi ketua bidang hukum PSSI Jateng dan PSIS Semarang. Dari situ, alumnus S2 Fakultas Hukum Undip Semarang ini lantas dipercaya sebagai general manager (GM) dan Direktur PSIS. Terhitung 2019, dia menjadi komisaris Mahesa Jenar.

”Saya mau mengelola sepak bola karena bola itu bisa menyatukan semua kalangan. Ketika PSIS promosi dari Liga 2 ke Liga 1 mulai pejabat hingga masyarakat kalangan bawah membicarakan sepak bola. Itu bukti bola itu bisa menyatukan, dan ini sungguh luar biasa,” tutur Komisi Disiplin (Komdis) PSSI dan mantan ketua Komisi Banding (Komding) Piala Presiden 2017 ini.

Berkaca dari pengalaman bersama PSIS tersebut, dia berkesimpulan untuk sukses klub harus dikelola secara profesional, memegang teguh tradisi, mengutamakan skill, dan tak melupakan regenerasi. Tentu saja tidak mudah untuk mewujudkan hal itu. Butuh kerja keras dan dedikasi tinggi, serta tekun melaksanakannya.

rr