PATI (SUARABARU.ID) – Kabupaten Pati kini memiliki sebuah akademi sepak bola bertajuk Safin Pati Football Academy (SPFA). Pemilik SPFA, Saiful Arifin (Safin), menuturkan pembangunan akademinya murni menggunakan uang pribadi. Untuk mewujudkan sepak bola sebagai industri, pria 46 tahun ini rela menjual aset seperti mobil dan bisnis rumah kosnya.
”Tujuan utama SPFA adalah mencetak pemain-pemain andal. Kami juga ingin membekali para siswa dengan ilmu di luar sepak bola untuk pegangan nanti. Dengan begitu, selepas gantung sepatu, mereka memiliki keahlian lain termasuk berwirausaha,” ujar Wakil Bupati Pati ini.
Tenggelamnya sepak bola Pati dalam 50 tahun terakhir membuat Safin semakin yakin dengan keberadaan akademinya. SPFA menerima pemain dari kelas 5 SD hingga SMA dan resmi berdiri pada 28 Oktober 2019, bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. ‘’Kami ingin Persipa bangkit lagi, dan berprestasi. Kami berharap secara bertahap Persipa bisa naik hingga ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia,’’ ungkapnya.
Dia mengisahkan SPFA dibangun di atas tanah bandha desa dengan luas 12 hektare di Desa Mojoagung, Kecamatan Trangkil. Pihaknya memanfaatkan lahan itu dengan sistem sewa selama 20 tahun. Saat ini sebagian tanah masih ditanami ketela pohon.
Setelah panen, lahan itu akan dimanfaatkan sepenuhnya untuk pengembangan SPFA. Nantinya sebagian lahan bakal ditanami buah dan sayuran. Di samping membina sepak bola, Safin ingin menjadikan kawasannya menjadi agrowisata.
”Kami maunya penonton menyaksikan pertandingan sembari menikmati hasil kebun kami. Tahap pertama kami akan menanam jagung,” tandasnya.
Untuk menunjang program pembibitan dan pembinaan pesepak bola, SPFA telah membangun tiga lapangan, dua dengan rumput asli, satu menggunakan rumput sintetis. Akan dibangun satu lapangan lagi sehingga nanti total ada empat.
”Bentuk stadion kami mengacu seperti milik klub Bali United. Kami siap melengkapinya dengan kafe. Nantinya penonton bisa menyaksikan pertandingan sambil ngopi,” ungkap Ketua Persipa itu.
Selain lapangan, Safin menyiapkan penyelesaian pembangunan mess. Saat ini SPFA baru memiliki 45 siswa yang datang dari Papua, Manado, Kalimantan, Medan, Semarang, dan Yogyakarta. ”Target kami punya 400 siswa, dan itu kami harapkan tercapai pada 2022. Kami ingin pada 2025 SPFA sudah benar-benar komplet,” jelas pengusaha di berbagai bidang ini.
Salah satu keunggulan dan keseriusan SPFA adalah dari segi tim kepelatihan. Sederet nama beken didatangkan. Mulai Kas Hartadi (eks Sriwijaya FC) yang didapuk menangani kelompok umur (KU) 17. Kas juga membesut skuad senior Persipa.
Nama lain yang ikut berkiprah adalah mantan kapten Persebaya Surabaya, Ibnu Grahan, yang menukangi KU 15. Direktur SPFA Rudy Eka Priyambada menegaskan akademinya memiliki sekolah sendiri dengan berbasis internasional mulai jenjang SD, SMP sampai SMA. Kurikulum Cambridge International School pun dijalankan.
Rudy menilai ilmu pendidikan sangat diperlukan bagi para pesepak bola, bukan hanya skill bermain di lapangan. Mereka dipacu untuk menguasai bahasa Inggris dan bahasa asing lain. Kemampuan itu penting sekali buat para pemain terutama di era milenium.
”Para siswa juga dibekali kemampuan informal dengan berbagai kegiatan ekstra seperti bercocok tanam dan peternakan. Kami ikut memikirkan kebutuhan mereka sekarang hingga yang akan datang,” ujar eks pelatih PS TNI ini.
rr