JEPARA(SUARABARU.ID)– Melimpahnya tebon jagung di desa tempatnya KKN Desa Banjaran, Bangsri membuat Uswatun Nisa, mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro membuat inovasi untuk warga.
Dengan dibimbing Dr. rer. nat. Thomas Triadi Putranto, S. T., M. Eng., Nisa mengadakan pelatihan kegiatan pembuatan silase dari tebon jagung untuk pakan ternak kambing bagi warga setempat. Kegiatan tersebut diikuti oleh peternak Desa Banjaran.
Program ini dilaksanakan karena Uswatun Nisa melihat melimpah ruahnya hasil sisa panen seperti tebon jagung yang belium dimanaatkan secara baik oleh peternak untuk pakan. Oleh
Karena itu, perlu adanya teknik pengolahan untuk mengawetkan tebon jagung yaitu silase. Harapannya dapat digunakan oleh peternak dalam jangka waktu yang panjang dan meningkatkan kandungan nutrisi didalamnya.
Pembuatan silase ini, tidak hanya digunakan pada tebon jagung saja tetapi bisa juga diterapkan pada hijauan seperti rumput gajah, rumput gajah mini dan rerumputan lain.
Kegiatan ini diawali oleh Nisa dengan sosialisasi mengenai macam-macam teknik pengolahan dan pengawetan hijauan pakan serta alat dan bahan yang digunakan untuk membuat silase. Juga tata cara dalam pengolahan dan penyimpanan silase yang baik.
Setelah itu, dilakukan demonstrasi dalam pembuatan silase untuk peternak supaya merasakan dan mengetahui bagaimana cara membuat silase yang baik secara langsung.
Dengan adanya program tersebut diharapkan dapat meningkatkan pemahaman, wawasan serta pengetahuan peternak dalam mengolah dan mengawetkan sisa-sisa pertanian yang ada dilingkungan sekitar menjadi pakan ternak.
Selain itu juga, telah dilakukan pelatihan cara membuat pupuk organik dari kotoran kambing pada masyarakat sekitar Desa Banjaran. Program kedua ini dilaksanakan karena masih banyaknya peternak yang kurang sadar dalam mengolah limbah peternakan khususnya kotoran kambing.
Akibatnya banyak kotoran ternak yang tercecer dan dapat menimbulkan bau yang kurang sedap serta dapat mengganggu kesehatan ternak maupun manusia.
Bahan yang digunakan untuk membuat pupuk organik tersebut menurut Nisa cukup sederhana dan mudah di dapat yaitu kotoran kambing, serbuk gergaji, dedak padi dan dekomposer yang terbuat dari EM 4 dan molasses. Cara mengolahnya pun cukup sederhana yaitu dengan mencampurkan serbuk gergaji, dedak padi dan kotoran kambing.
Setelah itu, disemprot menggunakan dekomposer dan diaduk secara merata, dimasukkan kedalam karung dan ditutup dengan rapat supaya tidak ada udara yang masuk atau dalam kondisi anaerob.
Pupuk organik yang sudah jadi dalam kurun waktu 3 minggu ini, dapat digunakan oleh masyarakat sekitar sebagai media tanam pada tanaman sayur maupun tanaman hias sehingga dengan adanya pelatihan pembuatan pupuk organik tersebut diharapkan pada masyarakat sekitar dan peternak dapat mengolah pupuk organik secara mandiri dan berkelanjutan.
Hadepe- UN