KUDUS (SUARABARU.ID) – Ritual penjamasan pusaka Sunan Kudus tetap digelar di tengah Pandemi Covid-19 saat ini. Proses penjamasan keris Kiai Cinthaka serta dua buah tombak yang juga peninggalan Sunan Kudus tetap dilaksanakan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Kegiatan ritual tersebut dilakukan setiap hari Senin atau Kamis, pada pekan pertama setelah hari Tasyrik.
Tahun ini, Yayasan Masjid Menara, dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) menggelar penjamasan pusaka Sunan Kudus pada Kamis, 16 Dzulhijjah 1441 hijriah bertepatan dengan 6 Agustus 2020.
Ritual yang diselenggarakan setiap tahun itu, dipusatkan di bangunan tajug. Lokasinya persis di depan pintu masuk kompleks makam Sunan Kudus. Sejumlah tamu undangan yang hadir diwajibkan mengenakan masker. Mereka juga wajib menjaga jarak fisik dengan tamu undangan yang lainnya.
Ritual penjamasan yang dimulai sekitar pukul 07.00 WIB, diawali dengan ziarah ke Makam Sunan Kudus, kemudian petugas mengambil dan menurunkan keris Kiai Cinthaka yang berada di dalam peti yang diletakkan di bagian atas pendapa tajuk.
Keris kemudian disiram “banyu landa” atau air rendaman merang ketan hitam hingga tiga kali. Setelahnya, keris kemudian dibersihkan menggunakan air jeruk nipis dan dikeringkan dengan cara dijemur di atas sekam ketan hitam.
Prosesi penjamasan dalam beberapa tahun terakhir ini bertugas sebagai penjamas menggantikan peran KH Ahmad Bashir, ulama besar Kudus yang meninggal beberapa tahun lalu..
Hal serupa juga dilakukan untuk dua mata tombak dibersihkan dengan menggunakan merang ketan hitam, air jeruk nipis dipercaya dapat mencegah karat pada benda pusaka, kemudian dikeringkan dengan sekam ketan hitam.
Keris Kiai Cinthaka yang diperkirakan berasal dari zaman Majapahit akhir, sedangkan bentuk atau tipe bilah kerisnya merupakan “Dapur Panimbal” yang memiliki makna kebijaksanaan dan kekuasaan.
Pelestarian Budaya
Menurut Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan kudus, Nadjib Hasan, dalam ritual jamasan yang terpenting adalah bentuk pelestarian peninggalan Sunan Kudus. ”Ini merupakan bentuk pelestarian tradisi. Sebagai bentuk peninggalan, tentu wajib dijaga dan dilestarikan,” katanya.
Yang unik dalam ritual tersebut, adalah menu hidangan yang disajikan adalah “jajan pasar” dan nasi opor ayam. Menurut Nadjib, jajan pasar merupakan simbol kerakyatan, sedangkan nasi opor ayam adalah menu kesukaan Sunan Kudus.
Sebelum disimpan di tajuk, keris tersebut dimasukkan ke dalam peti yang sudah tersedia. Keris kemudian dibungkus dengan kain mori berwarna putih. Sedangkan dua tombak dikembalikan di tempatnya semula, di dekat mimbar imam masjid peninggalan Sunan Kudus untuk memimpin salat berjamaah.
Tm-Ab