blank
Ilustrasi

Oleh : JC Tukiman Tarunasayoga

 SEGALA sesuatu itu ada waktunya dan hitung-hitungannya. Ada waktunya menanam, dan pada saat genap hitungannya nanti, ada waktunya untuk panen.

Orang menanam padi, waktu panennya pasti tidak sama dengan waktu panen orang menanam jagung meski pun ketika menanam harinya hampir bersamaan. Ada waktunya untuk sedih, ada waktunya untuk berbahagia; dan berapa lama waktu untuk  bersedih, semua ada hitung-hitungan.

Siapa pun boleh bersedih karena pandemi Covid 19 masih fluktuatif dan dampaknya membuat lumpuh sejumlah sektor kehidupan. Akan tetapi ada waktunya kita harus bangkit dari kesedihan itu, dan hitung-hitungannya harus sekarang ini ketika kita berada dalam semangat merayakan 75 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. .Masakan ulang tahun sedih, semangat dong!!

Hitung-hitungan

Hitung-hitungan itu kalau dalam bahasa Jawa disebut petungan (bacalah seperti Anda mengucapkan selokan, sehat, beda); dan itu artinya semua hal penting dalam hidup ini harus dihitung-hitung secara cermat.

Bahkan sejumlah hal penting ada “rumus hitungannya.” Contoh, keluarga yang akan menikahkan anaknya perlu tahu petungane, kapan jatuhnya hari dan tanggal baik pernikahan itu. Siapa yang harus menghitung-hitung?

Boleh jadi keluarga itu sendiri, tetapi kebanyakan orang minta tolong kepada seseorang yang dipandang pinter dalam hitung-menghitung itu. Apa dasar petungan itu? Bermacam-macamlah, ada yang rumusnya didasarkan pada perpaduan hari kelahiran antar calon pengantin laki-laki dan perempuan; ada juga yang rumusnya memakai kalender liturgy; dsb.

Kalau suatu hari Anda akan bepergian dengan misi khusus/penting, sebaiknya pakailah petungan agar misi itu tercapai dengan baik. Rumus petungane adalah sebagai berikut: .Awalilah dengan doa pasrah, lalu hitunglah dengan siklus kliyek-mentheg-joto-kemil ini.

Apa yang harus di-kliyek-mentheg-joto-kemil? Sebutlah tanggal Anda mau bepergian dengan urusan penting itu, jatuh tanggal 10 (sepuluh). Nah hitung saja seraya melipat jari-jari Anda mulai kliyek dan selanjutnya sampai hitungan ke sepuluh, dan ternyata  jatuh pada mentheg.

Apa artinya mentheg? Hari itu Anda akan banyak menunggu dan menuggu, tetapi hasilnya nol. Kalau jatuh kliyek, misi Anda hari itu hanya akan ditandai banyak perjalanan tanpa hasil memuaskan, karena Anda harus ke sana, tidak ketemu yang dicari, harus ke sana lagi, kosong, dst.

Joto itu menggambarkan Anda bukan saja akan kecewa/menggerutu, tetapi juga garinglah. Nah…..kalau jatuh kemil itu artinya membawa hasil/rejeki, ketemu siapa pun dijamu, bahkan mungkin ditraktir.

Kala Mudheng

Itu tadi contoh petungan, gambaran konkrit bahwa segala sesuatu itu ada waktu dan petungane; tinggal kita mau memanfaatkan, menggunakan, dan memerhatikan atau tidak.

Kalau memerhatikan pasti ada manfaatnya, minimal akan memberi bekal mental kalau-kalau jatuh hitungannya joto, misalnya.

Sebaliknya, kalau tidak diperhatikan penggunaannya, janganlah marah-marah kalau apes. Djoko Tjandra adalah contoh konkrit yang namanya apes itu; sembunyi di Malaysia pun diburu Bareskrim dan tertangkap. .

Di dunia kriminal, -konon ceritanya- , petungan sangat-sangat dipergunakan secara cermat penuh kepatuhan, sebab jika tidak, apeslah engkau!

Itulah yang disebut kala mudheng (bacalah seperti Anda mengucapkan combro tumpeng). Artinya, sebelum melakukan tindakan criminal, mereka itu menghitung-hitung dulu segala aspeknya, dan kalau merasa petungane jatuh baik, bertindaklah mereka.

Jadi kala mudheng itu artinya petungane maling; dan bagaimana hitung-hitungannya, hanya kalangan tertentu saja yang tahu hal itu (termasuk orang-orang Bareskrimkah?).

Itulah mengapa datangnya pencuri selalu tidak dapat disangka-sangka oleh tuan rumah; maka anjuran paling normatif ya mengatakan: Berjaga-jagalah karena kita tidak tahu kapan pencuri akan datang.

Sama halnya, berjaga-jagalah karena sewaktu-waktu koruptor akan beraksi. Kapan itu? Nah …….tidak seorang pun tahu, termasuk KPK pun, kecuali kalau memang  telah mengendus terus lalu segera OTT.

Akan tetapi, sehebat dan secermat apa pun kala mudheng dipakai oleh para maling, akan tiba waktunya ia apes, dan tertangkap. Contohnya Djaka Tjandra tadi.

Baca Juga: Toleransi Perasaan  Menghadapi “Wastra Bedhah Kayu Pokah”

Apa makna  semuanya ini? Kekuatan hitam itu ada, dan hal yang sama juga ada yang disebut kekuatan putih; sebagaimana roh jahat itu ada, tetapi sangat ada yang disebut Roh Kudus.

Niat buruk itu ada di mana-mana, tetapi juga niat baik tidak kurang ada di segala tempat dan orang. Masing-masing punya waktu dan hitung-hitungannya, tinggal mana dan siapa yang selalu berjaga-jaga atau  siapa lengah; siapa waspada dan siapa  ceroboh.

Berjaga-jagalah!!

blank
jc tukiman tarunasayogo
(JC TukimanTarunasayoga, Pengamat Kemasyarakatan)