blank
Pengamat politik Burhanudin Muhtadi ketika menjadi pembicara dalam bedah buku berjudul "Kuasa Uang" di Wonosobo. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanudin Muhtadi menilai calon tunggal dalam Pilkada 2020 tidak demokratis. Dalam prinsip demokrasi itu ada pilihan lain bukan hanya ada satu pilihan calon tunggal.

“Demokrasi secara substansi itu kan manusia lawan manusia. Bukan manusia lawan kotak kosong. Demokrasi itu pertarungan antar orang bukan pertarungan antar orang dengan blangko,” katanya.

Dosen Fisipol UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu, mengatakan hal tersebut pada wartawan usai menjadi pembicara dalam bedah buku karyanya berjudul “Kuasa Uang, Politik Uang dalam Pemilu Paska Orde Baru,”.

Bedah buku yang dirangkai dengan diskusi publik “Mewujudkan Pilkada Berintegritas Bebas Money Politics,” itu, digelar GMPK Wonosobo, di Hotel Harvest, Sabtu (25/7). Acara tersebut, diikuti sejumlah politisi, ormas, tokoh agama, aktifis dan Kepala Desa.

“Calon tunggal dalam Pilkada itu bisa muncul karena ada dominasi partai. Atau terbangun koalisi besar antar partai. Sehingga tidak ada peluang calon lain untuk ikut berkompetisi dipertsrungan politik tingkat lokal,” tegasnya.

Hak Publik

blank
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi. Foto : SB/Muharno Zarka

Menurut Burhan, pasangan tunggal dalam Pilkada memang bisa punya dampak serius untuk menekan money politics. Tapi semua harus cari cara lain tanpa mengurangi hak rakyat untuk memilih calon lebih dari satu pasangan.

“Jadi karena prinsip demokrasi harus ada pilihan, siapa pun tidak boleh mengurangi hak publik untuk memilih pasangan calon lebih dari satu. Agar banyak calon, syarat pendaftaran harus dikurangi, calon independent dipermudah,” sebutnya.

Karena prinsip demokrasi, sambungnya, jangan sampai rakyat diberi pilihan hanya satu pasangan tunggal. Calon pasangan tunggal mungkin bisa mengurangi politik uang tapi tidak bersifat mutlak.

“Tapi kan rakyat nggak ada pilihan lain. Calon juga tidak punya tantangan untuk meyakinkan publik. Di Makasar nyatanya calon tunggal bisa kalah dari kotak kosong,” tegas pengamat politik itu.

Burhan menyarankan, partai politik harus mencari cara agar tidak ada calon tunggal dalam Pilkada 2020 nanti dan residu politik uang bisa hilang. Dengan banyak pasangan calon kualitas demokrasi lokal juga akan meningkat.

Muharno Zarka-Wahyu