JEPARA(SUARABARU.ID) – Seniman adalah salah satu kelompok masyarakat yang benar-benar terdampak secara ekonomi akibat covid 19. Sebab selama ini mereka memang berpenghiduan dari satu pentas kepentas yang lain. Dari pentas-pentas itulah mereka menghidupi keluarganya.
Namun karena covid-19, pintu itu tertutup sama sekali. Sementara pabrik-pabrik besar dengan ribuan tenaga kerja masih saja boleh bekerja. Juga tempat peribadatan, pasar dan swalayan. Padahal tempat-tempat ini juga memiliki potensi untuk penyebaran virus corona. Sementara pintu riski seniman masih saja ditutup.
Salah satu yang merasakan derita ini adalah kelompok seniman seni tradisional. Seni pedalangan misalnya, sejak April lalu tidak boleh lagi pentas. Mareka hanya pasrah dan berharap masa tanggap darurat akan segera selesai akhir bulan Juni. Namun karena angka covid seakan tak terbendung,maka masa tanggap darurat itu diperpanjang hingga September.
Sementara Pemerintah Kabupaten tidak memberikan solusi bagaimana para seniman harus mencari nafkah. “Semua jalan sepertinya buntu,” ujar Ketua Pepadi Jepara, Ki Hendro Suryo Kartiko. Saat ini di Jepara terdapat 45 dalang, 21 pesinden dan 90 an orang pengrawait
Ia mengaku mendapatkan banyak sekali keluhan dan bahkan tangisan dari para seniman. “Banyak seniman yang mengalami tekanan hidup yang luar biasa karena perpanjangan masa tanggap darurat. Sementara solusinya tidak diberikan. Bukan sembako tetapi lapangan pekerjaan agar kami bisa bertahan hidup”ujar Ki Hendro Suryo Kartiko,
Pada dasarnya seniman seni tradisi dan bahkan seniman pada umumnya taat aturan. Namun berikan kami solusi bukan hanya aturan agar kami bisa bertahan hidup, pinta Ki Hendro Suryo Kartiko.
Hadepe – Ulil Abshor