blank
Dr Ridlwan Kamaluddin (Akademisi Unsoed)

PURWOKERTO (SUARABARU.ID)– Bidan dianggap memiliki peran strategis, sebagai salah satu garda terdepan dalam upaya penanganan covid-19. Hal itu seperti yang diutarakan akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Dr Ridlwan Kamaluddin.

”Bidan khususnya yang bertugas di desa, sebagai salah satu komponen masyarakat yang mengerti seluk beluk desa itu, berperan strategis dalam peningkatan dan pemeliharaan status kesehatan masyarakat. Terutama pada masa pandemi ini,” kata Ridlwan di Purwokerto, Jumat (26/6/2020).

Koordinator bidang kesehatan Pusat Mitigasi Bencana Unsoed itu kemudian mencontohkan, selama masa pandemi ini, bidan desa ikut melakukan pendataan pemudik yang pulang kampung, dan menyosialisasikan mengenai pentingnya karantina mandiri selama 14 hari, guna mencegah penyebaran covid-19.

BACA JUGA : Antisipasi Kejahatan, Polres Blora Patroli Bersenjata Lengkap di Jam Rawan

Selain itu, bidan juga berperan dalam menyosialisasikan mengenai upaya mencegah covid-19, dan pentingnya menerapkan pola hidup bersih dan sehat kepada penduduk desa.

”Dengan bekal ilmu yang dimiliki dan pemahaman mengenai kondisi desa, maka bidan berperan strategis dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat setempat, dengan mengedepankan kearifan lokal dan budaya setempat,” imbuhnya.

Dia menambahkan, pada masa pandemi ini bidan mempunyai kontribusi besar dalam pengurangan risiko bencana berbasis komunitas.

Sinkronisasi
”Dengan bekal keilmuan dan kompetensinya, bidan dapat mempunyai kontribusi spesifik dalam penanganan covid-19 berbasis komunitas, dengan cara mendorong warga desa untuk berperan aktif memutus mata rantai penularan virus,” tegas dia.

Dia menyebutkan, upaya itu dapat dilakukan dengan sinkronisasi dan kerja sama dari berbagai pihak, dalam menjalankan program penanganan covid-19.

”Bidan juga dapat mendorong agar masyarakat tangguh dan siap dalam penanggulangan bencana dan melawan covid-19 melalui berbagai upaya berbasis komunitas. Kolaborasi antara tenaga kesehatan seperti dokter desa dan bidan desa bersama masyarakat, menjadi sebuah tantangan dan keharusan dalam menghadapi normal baru,” tutur Ridlwan lagi.

Interpretasi Sendiri
Kolaborasi itu, tambah dia, sesuai dengan program pengurangan risiko bencana berbasis komunitas (PRBBK). ”Program ini merupakan suatu upaya pendekatan kepada masyarakat atau komunitas, dalam mengelola risiko bencana di lingkungan sendiri,” sambungnya.

Dia menyebutkan, program ini adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pengkajian dan interpretasi sendiri, atas ancaman dan risiko bencana yang dihadapi.

”Inti dari kegiatan ini adalah optimalisasi sumber daya yang dimiliki masyarakat setempat, serta menjadi bagian integral dari kehidupan dan keseharian masyarakat itu. Dan program ini bisa dijalankan untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19,” tandas dia.

Ant-Riyan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini