Oleh: JC TukimanTarunasayoga
TOPIK pembicaraan sekolah buka kembali (SBK) sebenarnya hanya terfokus pada satu pertanyaan saja, yakni kapan; tegasnya: Kapan waktu terbaik dalam arti teraman untuk SBK?
Garis besar jawaban atas pertanyaan ini ada dua pola pikir; pertama, pola pikir yang mengaitkan langsung antara SBK dengan tahun ajaran baru 2020/2021. Begitu tahun ajaran baru 2020/2021 ditetapkan Juli 2020, saat itulah SBK. Cermatkah pola piker seperti ini? Pasti tidak cermat!
Mengapa?Di atas sudah dikatakan betapa focus perhatian kita harus semata-mata kepada “waktu terbaik dalam arti teraman” untuk SBK. Jika SBK dilakukan pada Juli 2020 (satu bulan lagi), siapa berani menjamin keamanan kesehatan peserta didik, sekali pun SBK itu hanya akan dilakukan di daerah zona aman sekali pun?
Sementara itu, pola pikir yang kedua ialah sebaiknya dipisahkan antara tahun ajaran baru 2020/2021 dari SBK; Tahun ajaran baru 2020/2021 harus dimulai sama sepertitahun-tahun yang lalu,yaitu padaJuli 2020, sedangkan SBK harus dipertimbangkan sesuai dengan perkembangan penanganan Covid 19 (C-19).
Kecermatan Terkait SBK
Pengambil kebijakan dan keputusan tentang kapan sebaiknya SBK, memang ada pada gubernur dan bupati/wali kota; namun dalam konteks pandemi C-19 saat ini pengambilan kebijakan dan keputusan terbaik harus melalui yang saya sebut kompromi terbaik.
Dengan kata lain, kecermatan pertama yang harus benar-benar dilakukan ialah bagaimana secara cermat masing-masing pemerintahan daerah membangun jaringan untuk melakukan kompromi terbaik. Saat ini, semua “penguasa” harus menempuh kompromi terbaik untuk mengambil kebijakan dan keputusan, dan tidak mungkin “main kewenangan.”
Sekali pun Anda penguasa wilayah/daerah dan memiliki kewenangan penuh di daerahmu, kompromi terbaik harus Anda tempuh dan karena itu harus koordinasi dan diskusi dengan berbagai pihak termasuk dengan pihak orang tua peserta didik untuk memutuskan SBK. Bahkan Anda harus mendengarkan usulan atau pikiran anak perihal SBK ini.
Kecermatan kedua, dalam melakukan kompromi terbaik, tenggang rasa dan kerja sama antar dan antara kabupaten/kota harus tumbuh secara sejajar, bukan ego daerah/wilayah.
Misalnya, Kota Tegal berencana akan melakukan SBK bersamaan dengan dimulainya tahun ajaran baru 2020/2021 pada Juli 2020 nanti. Sebelum sampai kepada keputusan itu, sebaiknya cermat dipertimbangkan peserta didik yang de facto menempuh sekolahnya di wilayah Kota Tegal, namun de jure sebagian dari mereka itu berasal dari luar Kota Tegal. Cermati juga berapa guru atau tenaga kependidikan yang berasal dari luar Kota Tegal.
Kecermatan ketiga terkait pada kesiapan pelayanan dan pengadaan sarana-prasarananya untuk pelaksanaan protocol kesehatan apabila kegiatan SBK akan dilakukan. Misalnya, apakah setiap peserta didik/anak harus dilengkapi penutup wajah (face shield), ataukah cukup menggunakan masker saja?
Bagaimana protocol kesehatan guru-guru ketika bertatap muka di kelas dengan para siswanya? Apa saja yang harus dipersiapkan oleh masing-masing orang tua siswa?
Atas dasar tiga utama sebagaimana diuraikan di atas, kini terpulang kepada para pimpinan daerah/wilayah, apakah mantap akan melaksanakan SBK bersamaan dengan dimulainya tahun ajaran baru 2020/2021, ataukah akan menundanya sampai dengan ada sejumlah kemajuan penting terkait dengan C-19.
Kalau boleh saya menyarankan, sebaiknya seluruh daerah/wilayah menunda dulu kebijakan dan keputusannya tentang SBK seraya menunggu perkembangan lebih lanjut terkait C-19.
Tahunajaranbaru
Tentang pergantian tahun ajaran baru, seharusnya tidak perlu ada perdebatan lagi tentang kapannya, karena memang paling tepat tetap terjadi padaJuli 2020. Jadi tahun ajaran baru 2020/2021 adalah pertengahan Juli 2020, dan tidak mungkin ditunda ke Januari 2021.Mengapa tidak mungkin ditunda?
Saat ini, di semua satuan pendidikan sudah dan/atau sedang terjadi berbagai kesibukan administrative berkenaan dengan kelulusan, kenaikan kelas, dan pendaftaran peserta didik baru. Proses sedang terjadi dan tidak mungkin ditunda, dihentikan, atau ditiadakan.
Artinya, proses kenaikan kekelas yang lebih tinggi, atau pun proses kelulusan dari sebuah satuan pendidikan dan kemudian mendaftarkan ke satuan pendidikan lainnya sedang berlangsung. Dan semua itu membutuhkan kepastian jawaban tentang kapan status naiknya atau pun status barunya sebagai peserta didik baru di satuan sekolah barus egera diketahui.
Itu semua akan terjawab pada pergantian tahun ajaran baru. Sangat tidak masuk akal kalau proses kelulusan, kenaikan kelas, dan pendaftaran sudah/sedang terjadi di bulanJuni-Juli 2020 ini, pengumumannya baru akan terjadi pada awal 2021 berhubung tahun ajaran baru diundur ke Januari 2021, misalnya. Sangat tidak mungkin, dan kalau pun mungkin, sangat tidak bertanggung jawab kepada bangsa dan masyarakat Indonesia.
Simpulannya, pergantian tahun ajaranbaru 2020/2021 tetap terjadi pada pertengahan Juli 2020, sedangkan SBK silakan diputuskan berdasarkan tiga pertimbangan cermat di atas.
Keputusan kapan SBK akan dimulai tentu saja jangan memengaruhi proses pembelajaran. Kalau SBK akan dilakukan pada Desember 2020, berarti selamaJuli 2020 sampai dengan Desember 2020 proses pembelajaran daring berjalan terus seperti kemarin.
(JC Tukiman Tarunasayoga, Pengamat Kemasyarakatan)