MAGELANG (SUARABARU.ID) – Kampung Warna-warni di Tidar Campur, Kelurahan Tidar Selatan, Kecamatan Magelang Selatan, menambah lagi sebuah obyek wisata. Selama ini Kampung Warna- warni banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara karena, bangunan di kampung itu dicat dengan banyak warna sehingga menarik dilihat.
Kini obyek wisatanya bertambah dengan dibangunnya masjid berbentuk Ka’bah. Tidak hanya warnanya, bentuk dan dekorasinya sama.
Masjid Ka’bah yang diberi nama ‘Ash Shirat yang berarti ‘jalan’, selesai dibangun 1 Ramadan 1441 H/2020. Dibangun sejak 27 Oktober 2019 memanfaatkan tanah wakaf yang sebelumnya adalah kandang sapi milik warga setempat.
Bangunan utama berukuran 6 X 7,5 meter, tinggi 5,30 meter dan lebar 6,8 meter. Serambi berukuran 6,5 X 7 meter dan tempat wudhu 2,5 X 6,5 meter. Bentuk bangunan utama masjid ini persis seperti Ka’bah di Masjid Al Haram Makkah.
Juga dilengkapi ukiran kaligrafi berwarna emas dengan kalimat asmaul husna mengelilingi bangunan utama di bagian atas, dan kalimat syahadat di bagian temboknya yang berwarna hitam kelam. Bentuk Ka’bah makin lengkap dengan adanya hajar aswad di pojok timur laut.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Warna-warni Tidar Campur, Sagiyo (59) menerangkan, awal mula dibangunnya masjid ini dari warga setempat yang ingin shalat berjamaah di masjid yang dekat dengan rumahnya. Meskipun sebenarnya sudah ada masjid di sisi timur kampung, tapi terasa jauh.
‘’Utamanya warga ingin berjamaah shalat Subuh. Kalau harus ke kampung sebelah terasa jauh. Secara nonformal akhirnya tercetus ide mendirikan masjid,’’ katanya Jumat (15/5).
Kemudian mencari lahan yang cocok, dan melihat ada lahan bekas kandang sapi yang sudah tidak digunakan.
Sagiyo menemui pemilik tanah dan menyampaikan keinginan warga mendirikan masjid. Tanpa diduga keinginan itu langsung disambut baik oleh pemilik tanah.
‘’Tanah di atas masjid ini wakaf dari tiga keluarga, yakni keluarga saya, Muh Anwar dan Mulat. Kita sepakat bangun masjid, tapi ingin bentuknya yang menarik. Karena kampung kita kan dikenal sebagai tempat wisata. Akhirnya terpikir bangunan masjid dengan bentuk Ka’bah ini,’’ tuturnya.
Dia yang rumahnya di dekat masjid menuturkan, modal awal pembangunan sekitar Rp 4 juta yang didapat saat kegiatan Festival Warna-warni tahun 2019. Karena kurang, akhirnya swadaya masyarakat setempat dan mencari donatur.
‘’Alhamdulillah tak lama dapat terkumpul banyak dan cukup untuk membangun masjid ini. Total biaya yang kita keluarkan Rp 400 juta. Selama pembangunan, warga gotong royong membantu dengan dua tukang utama,’’ terangnya.
Menurutnya, bagian tersulit dari pembangunan adalah ketika harus mengukir/memahat kalimat asmaul husna dan syahadat di dinding. Akhirnya bertemu dengan dua orang ahli kaligrafi, yakni Asikkurrochman dari Jepara dan Chudory dari Bandongan.
‘’Mereka berdua membantu kami hingga tertulis dengan rapi di dinding. Chudory ini dulunya murid dari Syaikh Puji yang membuat kaligrafi di lempengan tembaga, jadi memang sudah ahlinya,’’ tuturnya.
Anggota Pokdarwis Kampung Warna-warni, Danang menjelaskan, masjid ini dibangun tidak hanya untuk tempat ibadah semata, tapi ke depan pihaknya berkeinginan menjadi tempat pendidikan agama Islam. Termasuk tempat manasik haji untuk anak-anak.
‘’Sudah kita siapkan untuk manasik. Atap masjid bagian teras bisa dibuka secara elektrik dengan remot, yang bisa digunakan untuk thawaf. Akan kita lengkapi juga dengan maqom Ibrahim dan hijir Ismail. Lalu untuk syai bisa di lapangan kampung,’’ tuturnya. (Doddy Ardjono)