JEPARA,(SUARABARU.ID) – Sebagai pandemi global, penyebaran virus corona demikian cepat. Semula memang banyak negara yang agak abai, terkait dengan kecepatan penyebaran virus yang pertama kali teridentifikasi di Wuhan Tiongkok akhir Desember 2019. Namun bagai badai, covid – 19 menjangkit dengan cepat keseluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Belajar dari penyebaran virus yang cepat itu, maka Rumah Sakit Umum Daerah RA Kartini Jepara sebagai sakit rujukan penanganan covid-19 di Jepara, tidak ingin kehilangan waktu.
Bukan hanya menyiapkan ruang isolasi, tetapi juga membentuk Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Corona Virus. Tim yang terdiri dari 11 dokter spesialis, 12 tenaga keperawatan ini diketuai oleh oleh dr Tri Adi Kurniawan, Sp.P, M.Kes, FISR.
“Karena ini merupakan virus jenis baru dengan tingkat penyebaran yang sangat cepat, maka semua yang terlibat dalam penanganan diberikan pelatihan khusus. Mulai dari sekuriti, tenaga medis, pemulasaraan jenazah hingga sopir ambulans. Bahkan sudah dilakukan simulasi khusus” ujar Direktur Utama RSUD RA Kartini Jepara, dr Dwi Susilowati, M.Kes dalam wawancara khusus dengan SuaraBaru.Id Rabu (1/4-2020)
Sedangkan ruang perawatan menurut dr Dwi Susilowati, M.Kes, dibangun dengan melakukan renovasi Ruang Teratai yang memiliki kapasitas 26 tempat tidur. Ruangan ini semula untuk penanganan TBC dan penyakit menular lainnya.
“Kini diubah menjadi Ruang Teratai Satu dengan 6 ruang isolasi. Satu ruangan hanya boleh untuk merawat satu orang pasien. Sedangkan dua ruang isolasi yang lain dibangun terpisah,” ungkap dr Dwi Susilowati, M.Kes. Disamping itu ada ruangan khusus dengan kapasitas 3 bad untuk melayani pasien yang rawat jalan.
Dijelaskan pula, untuk Ruang Teratai Satu telah disiapkan petugas media khusus yang terdiri dari 12 tenaga keperawatan, 11 dokter spesialis yang terdiri dari 2 dokter spesialis paru, 4 dokter spesialis penyakit dalam, 3 dokter spesialis anak, 2 dokter THT-KL. Disamping itu ada 4 orang petugas sanitasi dan 1 orang petugas administrasi.
Petugas Medis Siap 24 Jam
Delapan Ruang isolasi yang disiapkan adalah ruang isolasi tipe – S. “Dengan demikian diharapkan virus yang berada di ruang isolasi tidak menyebar keluar. Tujuannya untuk menjaga keselamatan para petugas medis dan juga lingkungan rumah sakit.
Tempatnya juga terpisah dibagian belakang,” ujar dr Tri Adi Kurniawan, Sp.P, M.Kes, FISR saat berbincang dengan SuaraBaru.Id di Taman Payung tidak jauh dari ruang Teratai Satu.
Dokter spesialis paru ini juga mengungkapkan, para petugas medis tidak hanya berhadapan pasien, tetapi dengan virus yang memiliki tingkat penularan yang tinggi. “Karena itu sarana dan prasarana juga berbeda dengan ruang yang lain, termasuk alat pelindung diri yang wajib digunakan oleh para petugas medis,” ujarnya.
Jumlah perawat juga berbeda dan mendapatkan pengetahuan khusus tentang pola penyebaran dan pengobatan covid-19. Sebab penanganan pasien memang berbeda dengan panyekit biasa
Menurut dr Tri Adi Kurniawan, Sp.P, M.Kes, FISR, penanganan pasien yang sudah masuk keruang isolasi, baik Orang Dalam Pemantauan, Pasien Dalam Pengawasan dan yang telah terkonvirmasi positif covid – 19 sama. Tidak boleh dikunjungi oleh keluarga sampai masa karantinanya selesai,” ujarnya.
Karena itu para tim perawat mendapatkan bekal untuk konseling guna menguatkan pasien agar bisa menjalani karantina dengan baik. Konseling ini penting, sebab tinggal sendiri dalam ruang tertutup selama masa karantina bukanlah suasana yang menyenangkan. “Jika pasien depresi, maka daya imunnya mudah turun,” ungkap dr Tri Adi Kurniawan, Sp.P, M.Kes, FISR
Demikian juga petugas medis, jika mereka bekerja dengan gamang, maka akan menurunkan daya imunitasnya. “Karena itu mental para petugas media harus juga disiapkan. Kuncinya bekerja dengan ikhlas, menerima panggilan profesi dan kemanusiaan dan memiliki pengetahuan tentang virus corona serta soliditas tim” ujarnya.
Karena itu doa bersama di Ruang Teratai Satu adalah suatu kewajiban. Sebab doa itu yang menguatkan kami melaksanakan tugas kemanusiaan dan profesi.
Hadi Priyanto