GROBOGAN (SUARABARU.ID)– Balai Latihan Kerja (BLK) Grobogan, mulai memproduksi baju Alat Pelindung Diri (APD), Senin (30/3/2020). Dalam pembuatannya, BLK dibantu para relawan.
Bertempat di ruang showroom menjahit, Gedung BLK Grobogan lantai dua, sebanyak 25 tenaga sibuk melakukan tugasnya masing-masing. Ada yang menjahit, ada yang memotong pola, hingga memasang restleting dan karet pada kain itu.
BACA JUGA : Inilah Cara Buat Hand Sanitizer Menurut BPOM
Sebelum melaksanakan tugasnya, seluruh tenaga diminta memperhatikan arahan yang disampaikan instruktur kejuruan menjahit BLK Grobogan, Anik Damayanti. Usai mendengarkan arahan, para sukarelawan ini langsung bekerja.
”Hari ini kita membuat baju APD untuk tenaga medis di RSUD dr Soedjati, dibantu para relawan yang sudah bersedia mendaftarkan diri sebagai tenaga menjahit di BLK Grobogan ini,” ujar Anik, di sela-sela kegiatan.
Dengan jumlah tenaga relawan dan mesin yang terbatas, Anik menjelaskan, pihaknya tidak bisa menargetkan jumlah APD yang dijahit tenaga relawan dari pukul 08.00-13.00 WIB ini.
”Jadi kita tidak bisa menargetkan hari ini dapat berapa, besok dapat berapa karena bergantung pada jumlah relawan yang datang,” jelasnya lagi.
Dikatakan Anik, setelah mendapatkan instruksi untuk penjahitan APD ini dari Kepala Disnakertrans Grobogan, Ahmad Haryono, dirinya langsung melakukan koordinasi dan membuka pendaftaran tenaga relawan. Dan sekitar 25 tenaga relawan dari berbagai daerah, akhirnya bersedia mendaftarkan diri ke BLK Grobogan ini.
”Yang mendaftarkan diri kemarin ada sekitar 25 orang. Tetapi nanti tiap harinya mungkin berbeda, karena mereka juga punya kesibukan masing-masing. Misalnya, hari ini datang 25 orang, besok 10 orang,” tambahnya.
Menurut dia, para relawan tidak hanya yang pernah menimba ilmu di tempat itu saja, tetapi siapa pun yang punya kesediaan untuk menjadi relawan, dipersilakan.
”Proses pembuatan APD tidak hanya pada proses menjahit saja, tetapi juga ada yang menggunting dan memasang restleting. Jadi siapa pun boleh membantu,” tambahnya.
Anik menjelaskan, bahan APD ini di-stok langsung oleh RSUD dr Soedjati Purwodadi. Kain yang dijahit para relawan berbahan anti air. Meski tidak mengetahui jenis bahannya, namun kain ini merupakan bahan yang sesuai dengan imbauan Dinkes, tentunya aman dipergunakan tim medis.
Sebelumnya, pihak BLK mencoba membuat contoh APD pada Jumat (27/3/2020). Dan, pada hari selanjutnya sudah dilakukan pemotongan bahan. Namun proses produksi baru dilakukan Senin (30/3/2020), sebab masih kekurangan beberapa bahan yang diperlukan, seperti karet yang harus diambil dari Semarang.
”Di Purwodadi stoknya habis, jadi kita cari di Kudus, Pati dan ternyata baru kita dapatkan kemarin di Semarang. Setelah semua lengkap, baru kita produksi hari ini,” tambah Anik.
Antusias
Tidak hanya kaum perempuan saja yang menjadi tenaga relawan. Para kaum pria yang pernah menimba ilmu di BLK Grobogan, juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Mereka menunjukkan kepeduliannya kepada tim medis RS, yang masih kekurangan APD dalam menangani pasien.
Anik menjelaskan, ketika para alumnus BLK Grobogan ini mengetahui almamaternya punya misi sosial untuk membuat APD bagi tim medis, mereka langsung mendaftar. Pihaknya mengaku bangga dengan apresiasi mereka melalui kegiatan sosial ini.
”Saya sebagai instruktur, merasa bangga dan bahagia sebab mereka datang tanpa pamrih untuk menyumbangkan tenaga dan waktunya membuat APD ini. Mereka hanya punya keterampilan menjahit, dan itu diberikan mereka untuk ikut berperan serta dalam pencegahan penyebaran Covid-19,” tukas dia.
Diungkapkan Anik, pihaknya mungkin tidak ada di ujung tombak dalam penanganan pasien, tetapi sudah membantu tenaga lewat menjahitkan seragam APD untuk para tim mediis.
Terapkan SOP
Pada produksi jahitan baju APD ini, Anik mengungkapkan, para tenaga relawan yang masuk ke dalam uang menjahit harus mengikuti SOP Dinas Kesehatan, yakni mencuci tangan dengan hand sanitizer.
Disamping itu, para tenaga juga diberikan masker dan diberi jarak saat melakukan proses menjahit.
”Selain itu, seluruh mesin dan bahan-bahan juga kita semprot dengan menggunakan disinfektan. Mereka juga kita larang untuk membawa jahitan yang belum jadi untuk diteruskan menjahitnya di rumah, karena kita tidak tahu di rumahnya seperti apa, di perjalanannya nanti bagaimana,” terang dia.
Hana Eswe-Riyan