GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Masyarakat Desa Jipang, Kecamatan Penawangan, mengaku resah pasca datangnya puluhan perantau dari Jakarta. Pasalnya, mereka mudik ke kampung halaman di saat wabah penyakit covid-19 akibat virus corona.
Kendati setiap beberapa kali sekali dilakukan penyemprotan disinfektan secara mandiri, namun untuk mengantisipasi gejolak warga yang berlebihan, pihak desa langsung mendatangi satu per satu warga yang baru saja pulang dari perantauan.
Kunjungan mereka dimaksudkan untuk memberi sosialisasi kepada para perantau. Mereka diminta untuk melakukan karantina mandiri, sebab kepulangan mereka belum diketahui membawa atau tidak virus corona dari perantauan, Minggu (29/3/2020) dinihari.
“Kita langsung sosialisasikan kepada masyarakat agar segera melakukan karantina mandiri selama 14 hari sesuai anjuran pemerintah. Tetapi, beberapa warga ada yang khawatir, sebab mereka yang pulang dari tanah rantau ada beberapa yang berada di luar rumah. Ini yang dicemaskan warga,” ujar Khundori, Kadus Jipang.
Selama melakukan wawancara terhadap warga yang baru saja pulang ke Jipang, perangkat desa tetap melakukan SOP physical distancing atau jaga jarak kurang lebih 2 meter dan mengenakan masker.
Hingga pukul 09.00 WIB tercatat ada sekitar 27 orang perantau yang baru melaporkan diri ke perangkat desa setempat. Di kesempatan itu juga, pihak desa kembali memberikan imbauan agar para perantau selama 14 hari tidak keluar dari rumahnya guna memberi rasa aman dan nyaman kepada warga yang lainnya.
“Sebenarnya kita sudah imbau kepada mereka melalui kerabatnya agar jangan pulang dulu sampai masa social distancing-nya selesai. Tetapi hari ini semakin banyak yang datang,” tambah Kasi Kesejahteraan Desa Jipang, Lasdi.
Sementara, Sesda Grobogan, Mohammad Soemarsono mengatakan, sejak Sabtu-Minggu (28-29/3/2020) terjadi lonjakan datangnya para perantau yang menumpang bus AKAP dari berbagai kota besar, yakni Jabodetabek, Surabaya, dan Denpasar.
“Malam tadi, banyak perantau yang tiba di Grobogan. Semua sudah disemprot dan diperiksa oleh petugas. Tetapi memang mereka harus karantina mandiri selama 14 hari,” ujar Soemarsono, saat dikonfirmasi suarabaru.id.
Pihaknya mengimbau kepada para perantau yang baru saja tiba di Grobogan agar mematuhi anjuran dari pemerintah desa/kelurahan tempat domisili masing-masing untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari.
Bahkan, pihaknya menilai pemerintah desa/kelurahan masing-masing dapat mengeluarkan aturan kepada perantau yang mengabaikan anjuran untuk karantina mandiri selama 14 hari.
“Lha itu monggo, saya kira pengawasan warga lebih efektif daripada pengawasan petugas, karena mereka yang paling dekat dengan para perantau. Yang kitaa harapkan, para perantau itu taat SOP agar tidak terjadi gejolak warga yang tidak kita inginkan,” pungkasnya.
Hana Eswe-trs