JEPARA (SUARABARU.ID) – Para peserta Wungon 134 tahun dr Cipto Mangunkusumo sepakat mengusulkan kepada pemerintah untuk membangun monumen pahlawan nasional itu di kota kelahirannya, Pecangaan Jepara.
Disamping itu diharapkan ada upaya khusus untuk melestarikan semangat dan cita-cita dr Cipto Mangunkusumo yang hingga berusia 6 tahun berada Pecangaan sebelum melanjutkan sekolahnya di Europeesche Lagere School di Ambarawa.
Wungon yang berlangsung di Balai Desa Pecangaan Kulon, Selasa ( 3/3 ) ini diselenggarakan oleh Yayasan Kartini Indonesia dan Pemerintah Desa Pecangaan Kulon, Jepara untyuk mengenang kelahiran DR Cipto Mangunkusumo tanggal 4 Maret 1886.
Acara yang didukung pula oleh Yayasan Darma Bhakti Lestari ini diikuti sekitar 150 peserta yang terdiri dari pegiat seni budaya, seniman , guru, mahasiswan, pemuda, dan tokoh masyarakat. Nampak hadir Ketua Komisi C DPRD Jepara Nur Hidayat dan anggota DPRD , Saiful M. Abidin serta pemerhati budaya Jepara Sujiantoko.
Menurut Alamsyah, jika masih ada keraguan terkait dengan tempat kelahiran dr Cipto Mangunkusumo sebenarnya sangat mudah karena banyak catatan sejarah tentang masa itu. Baik yang ada di arsip nasional maupun di Belanda.
“Tinggal bagaimana kesungguhan hati dari masyarakat dan pemerintah kabupaten Jepara serta para pemangku kepentingan lain untuk mewujudkan monumen tersebut,” ujar pakar sejarah dari Undip Semarang ini yang tinggal di Jepara ini.
Sementara itu Iskak Wijaya memaparkan tentang peran besar dr Cipto Mangunkusumo di panggung pergerakan bangsa Indonesia. “ Jadi sangat wajar jika kemudian masyarakat, khususnya warga Kecamatan Pecangaan berharap didirikan sebuah monumen untuk mengenang jasa dan perjuangannya,” ujar Iskak Wijaya.
Sedangkan Hadi Priyanto menguraikan kelahiran, masa kecil, dan latar belakang keluarga dr Cipto Mangun Kusumo termasuk adiknya, Gunawan Mangunkusumo yang jejak perjuangan sangat besar dalam perjalanan bangsa Indonesia. “Beliau putra seorang mantri guru di Pecangaan dan Ibunya yang bernama RA Suratmi adalah anak dari kasir pabrik gula Mayong yang sangat kaya,” ungkapnya.
Menurut Hadi Priyanto, dr Cipto lahir di Pecangaan Jepara, termasuk juga 2 adiknya, Budiarjo dan Gunawan. Sedangkan 8 adik yang lain lahir di Purwodadi dan Semarang. Sebab ayahnya, Mangunkusumo kemjudian pindah di kedua kota tersebut.
“Memang beliau hanya berada di Jepara selama 6 tahun dan setelah itu sekolah di Ambarawa dan kemudian ketika wafat dimakamkan di Kupang, Ambarawa sebab leluhurnya juga di makamkan di desa yang kala itu bernama Pancarosa. Namun fakta bahwa dr Cipto dilahirkan di Pecangaan Jepara tidak perlu diragukan lagi,” ujar Hadi Priyanto.
Sedangkan dua anggota DPRD Jepara, Nur Hidayat dan Saiful M. Abidin yang hadir pada acara tersebut mendukung sepenuhnya usulan tersebut. Dua politisi dari partai Nasdem dab PDI Perjuangan ini bernjanji akan akan mengawal hingga usulan itu dapat direalisasikan.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Camat Pecangaan Nusirwan. “ Monumen itu akan menjadi motivasi dari masyarakat jika dibangun di kota kelahirannya, Pecangaan,” ujar Nusirwan. Sedangkan Sujiantoko mengusulkan agar sejarah pahlawan Jepara dimasukkan dalam kurikulum sekolah.
Sementara Petinggi Pecangaan Kulon Muhammad Abdurochman akan segera menindaklanjuti aspirasi dan pemikiran tersebut. “ Secepatnya akan kami usulkan kepada Bapak Plt Bupati dan Ketua DPRD Jepara,” ujar pria yang pernah aktif di BEM Inusnu dan teater Jepara.
Hadi Priyanto