JEPARA(SUARABARU.ID) – Sejarah, betapapun kecilnya peristiwa itu dapat diambil hikmahnya dan dijadikan pelajaran agar kita tidak mengulang kesalahan yang sama. Tujuannya untuk membangun peradaban yang lebih baik. Karena itu rusaknya peradaban, salah satunya karena sejarah diabaikan.
Hal tersebut diungkapkan Iskak Wijaya, budayawan Jepara saat menjadi pembicara dalam Jagong Sejarah Jepara yang berlangsung di Kofina Coffe Jepara, Minggu (16/2-2020) malam.
Nara sumber lain yang dihadikan dalam acara ini adalah Hadi Priyanto, penulis buku tentang sejarah lokal Jepara. Acara ini diikuti oleh seniman dan pegiat budaya Jepara
Acara yang dipandu oleh Ulil Abshor ini juga diisi dengan penampilan sastrawan Jepara, Asyari Muhammad. Sastrawan yang sering tampil dengan biola ini membawakan puisi karyanya berjudul Perempuan Lereng Muria yang menjadi salah satu isi puisi dibuku Sajak Lereng Muria yang diterbitkan oleh Iniibubudi Publishing.
Lebih jauh Iskak Wijaya mengungkapkan, jika sejarah dilupakan maka ada kemungkinan kita akan mengulang kesalahan yang sama. “Belajar sejarah sangat penting untuk membangun peradaban. Karena itu generasi muda harus mau belajar dari sejarah lokal daerahnya. Termasuk belajar dari sejarah berdirinya desa,” ujar Iskak Wijaya.
Iskak Wijaya juga mengingatkan, jika generasi muda kita tidak mau belajar dari sejarah, maka semuanya akan diambil oleh barat. “Sebab para mahasiswa kita yang saat ini kuliah diberbagai perguruan tinggi diluar negeri, justru diwajibkan untuk riset bidang ilmu sosial dan humaniora di Indonesia,” ungkap Iskak Wijaya.
Sebab menurut Iskak Wijaya, mereka masih saja menganut metodologi kolonial yang ingin mengambil dan belajar dari peradaban timur. Sementara kita disini mengabaikannya.
“Oleh sebab itu ruang diskusi dan basis-basis kebudayaan harus kita tumbuhkan di banyak tempat. Bukan hanya menunggu pemerintah,” paparnya.
Sementara Hadi Priyanto mengungkapkan, perjalanan sejarah Jepara yang sangat panjang, bahkan telah ditulis dalam mitos kerajaan Jawa, nampaknya kurang mendapatkan perhatian.
“Ada banyak jejak sejarah dan budaya yang kemudian dibiarkan hilang. Jepara adalah salah satu kota yang tidak memiliki buku sejarah tentang kotanya,” ujar Hadi Priyanto. Sejarah desa juga kurang mendapatkan perhatian.
Karena iti ia mengajak semua fihak untuk melakukan dokumentasi sejarah dan bahkan cerita rakyat yang ada ditengah-tengah masyarakat.
“Disamping itu harus dirumuskan kembali nilai-nilai keutamaan dari tokoh sejarah Jepara. Tujuannya agar kita dapat belajar dalam konteks yang sekarang,” ujar Hadi Priyanto penulis beberapa buku tentang tokoh Jepara seperti Ratu Kalinymat, RA Kartini dan RMP Sosrokartono.
Sementara pegiat budaya Munif dan Lena Efendy dari Matra mengusulkan, penulisan sejarah desa dapat melibatkan anak-anak muda. “Sejarah dan bahkan legenda yangh berkembang di desa ini sangat penting untuk ditulis agar tidak kemudian dilupakan,”ujar Munif.
Ulil Abshor