BLORA (SUARABARU.ID) – Meski populasi sapi potong di Blora tertinggi di Provinsi Jawa Tengah, namun jajaran Dinas Peternakan dan Perikanan (Dinakikan) Kabupaten Blora, terus bekerja keras untuk lebih meningkat lagi.
Terdata sampai Rabu (29/1/2020), populasi sapi potong di Kabupaten Blora 246.152 ekor, terinci populasi betina produktif sekitar 141.464 ekor, dan ini menempati urutan pertama dari populasi kabupaten-kota di Jateng.
“Polupasi sapi potong di Blora masih yang tertinggi di Jateng, kami berus terus mempertahankan dan berusaha meningkatkannya,” tekat Kepala Dinakikan setempat, Gundala Wijasena.
Dibawah Blora, Kabupaten Grobogan populasi 185.771 ekor, disusul Wonogiri populasi 158.818 ekor dan Rembang populasi 132.388 ekor, ini berdassar statistik peternakan Provinsi Jawa Tengah.
Khabar menggembirakan, pada 2020 ini Kabupaten Blora mendapat target akseptor dari program kegiatan Sapi, Kerbau Komoditas Andalan Negeri (Sikomandan) sebanyak 115.000 ekor.
“Bantuan ini yang memotivasi Dinakikan untuk bekerja keras, agar populasi sapi potong di Blora tetap teratas di Jateng,” tambah Gundala.
Fungsi UPTD
Untuk keperluan itu, pihaknya secara bertahap membenahi dan mengembangkan UPTD Pembibitan, dulu bernama Balai Inseminasi Buatan (BIB), fasilitas satu-satunya di Jateng yang sudah berdiri sejak 17 tahun yang lalu (2002).
BIB sendiri, lanjut Gundala, berada dibawah unit Kerja Dinakikan setempat, sebagaimana legalitas terbaru dalam Peraturaturan Bupati Blora Nomor 30 Tahun 2018 berfungsi sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD).
Lokasi BIB, ada di Desa Sambongrejo, Kecamatan Tunjungan, dengan area seluas 4 ha, terinci lahan HPT 1,7 ha, untuk bangunan kandang, gudang dan kantor 0,5 ha, dan tempat excersis 0,1 ha,
Di area UPTD tersebut, jelas Gundala Wijasena, terdapat sembilan bull peternakan tersebut, kini yang berproduksi hanya tiga ekor, yaitu prince thioni (limousin), exen saloka (limousin) dan basudewa 1 (PO).
Menurut Kepala Dinakikan Kabupaten Blora, dari tiga bull di ULTD itu rata–rata dapat menghasilkan semen beku (mani pejantan iseminasi buatan atau IB) sebanyak 4000 dosis setiap bulan.
Namun sejak 2017 setelah keluarnya program Upaya Khusus Percepatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting (SIWAB BIBD) dari Kemeneterian Pertanian, Blora sudah tidak lagi berproduksi dan melayani penjualan.
Praktis, kata Gundala, kegiatan di UPTD Pembibitan saat ini hanya penampungan semen segar yang dilakukan sesekali untuk mengetahui kualitas semen segar secara makroskopis dan mikroskopis.
Maka untuk menuju laboratorium dan Bull sesuai Standar Nasional Indoensia (SNI), UPTD Pembibitan bakal mampu menjual straw (tabung berisi semen beku), baik untuk program Sikomandan (eks Upsus SIWAB, Red) maupun program IB mandiri.
“Fasitilas yang sudah terus kami jaga dengan baik, dan bertahap akan terus berkembang,” pungkas Kepala Dinakikan Blora, Gundala Wijasena.
Wahono/Wahyu