KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Memiliki dua waduk yaitu Waduk Wadaslintang dan Waduk Sempor, serta didukung sistem irigasi teknis yang memadai, namun di tahun 2020 ini petani Kabupaten Kebumen nyaris tak berdaya menghadapi minimnya curah hujan hingga menyebabkan masa tanam mundur hampir tiga bulan.
Bahkan hingga awal Januari ini yang biasanya musim tanam(MT) I hampir panen, baru sebagian kecil petani yang sudah menggarap sawah dan menanam padi. Padahal pada musim normal pola tanam di Kebumen dimulai 1 Oktober. Namun lantaran curah hujan masih kecil, menyebabkan aliran air dari Waduk Wadaslintang dan Waduk Sempor tidak bisa dialirkan maksimal. Bahkan bagi sebagian petani yang telah menanam padi pun juga terancam mengalami kekeringan karena kecilnya curah hujan di wilayah Kebumen.
Menurut tokoh petani Bonorawan di Kecamatan Bonorowo Kebumen Wibisono Susanto, di Kabupaten Kebumen lahan pertanian beririgasi teknis dan nonteknis sekitar 60 ribu hektare. Dengan asumi setiap satu hektare sawah menghasilkan gabah kering giling (GKG) lima ton, maka diperkirakan petani terancam menderita kerugian hingga Rp 1,8 triliun.
“Ini masalah serius meskipun disebabkan curah hujan yang minim dan musim tidak memihak petani. Namun semestinya Pemkab, baik eksekutif dan legislatif perlu segera turun tangan mencari solusi agar petani tidak semakin menderita,”tandas Wibisono yang juga penggerak minapadi tersebut.
Para petani di wilayah Kebumen barat, tengah dan timur seperti Adimulyo, Kebumen, Kutowinangun, Ambal hingga Prembun belakangan ini seolah menjerit. Selain menunggu curah hujan, mereka juga menanti pasokan air dari Waduk Wadaslintang dan Sempor yang tak kunjung dialirkan.
Wadaslintang Dialirkan Per 1 Februari
Petani bermaksud mengolah tanah sejak awal. Namun apa daya kondisi sawah mereka masih kering. Sedangkan curah hujan juga masih kecil. Aliran air dari Waduk Wadaslintang pun belum maksimal karena ada indikasi selain volume air waduk masih kurang, juga harus dikurangi untuk pasokan air PDAM dua kabupaten, yaitu PDAM Kebumen dan PDAM Purworejo serta proyek air bersih Provinsi Jateng.
Sementara itu atas desakan para petani, telah dilakukan Rapat Koordinasi Alokasi Air Waduk Wadaslintang pada Selasa 28/1. Rapat koordinasi berlangsung di Ruang Rapat Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Progo, Bogowonto, Luk Ulo, membahas Alokasi Air Waduk Wadaslintang. Adapun hasil-hasil rakor antara lain menyebutkan: Elevasi Waduk Wadaslintang 161.68 meter dpl. Volume efektif 17.207 juta meter kubik.
Realisasi tanam di daerah irigasi (DI) Wadaslintang periode 16 sampai dengan 31 Januari 2020 dengan luas areal 31.101 hektare (ha), dengan rincian pengolahan tanah 8.990 ha. Pertumbuhan I 11.410 ha dan palawija 136 ha.
Untuk membantu menyelamatkan petani Musim Tanam I Tahun 2019/2020 yang sudah sangat mundur, air dari Waduk Wadaslintang akan dialirkan sesuai kebutuhan dimulai 1 Februari 2020 selama 90 hari. Setelah itu air dari waduk akan ditutup kembali dengan catatan apabila sebelum 90 hari kebutuhan air sudah tercukupi, air dari waduk akan ditutup kembali.
Melihat kenaikan elevasi Waduk Wadaslintang yang masih sangat kecil, dikarenakan curah hujan yang belum stabil dan sampai saat ini elevasi masih di bawah pedoman operasi, kepada para petani diimbau untuk tetap memaksimalkan air yang ada di bendung-bendung, suplesi dan melaksanakan tanam serempak per 1 Februari 2020.
Rakor dihadiri Ketua IP3A Bedegolan Drs H Darmawan HM, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kebumen diwakili Sumarjo, Dinas PUPR Kebumen diwakili Supangat ST, Balai PSDA Progo, Bogowonto Luk Ulo Fredi Nurcahyo ST MT, Ketua GP3A Sudagaran Sugito dan perwakilan Camat Ambal Siti Djuwarsih.
Hadir pula Ketua GP3A Begedolan Sudarman, Camat Kutowinangun Bambang Budi Sanyoto SH, Dinas PUPR Purworejo Gunarto ST, Perum Jasa Tirta I Supriyadi, PDAB Tirta Utama Provinsi Jateng Anom Guritno, PT Indonesia Power Unit Wadaslitang, Dinas PPKP Purworejo Ir Medi Susilo, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak Antyarsa Ikana Dani ST MEng.
Komper Wardopo