JEPARA (SUARABARU.ID) – Masa kecil dilalui oleh Ajie Anjasmara dengan penuh kebahagiaan. Sebab saat ia kecil, keluarganya yang tinggal di sebuah desa di Jepara termasuk keluarga yang berkecukupan. Karena itu apa pun yang diinginkan oleh Ajie kecil senantiasa didapatkan.
Namun prahara itu menghampiri saat ia duduk dibangku SD. Tanpa ia mengerti sebabnya, tiba-tiba ayahandanya pergi meninggalkan rumah, memilih jalannya sendiri setelah menjual seluruh kekayaannya.
Hanya tersisa sebuah rumah tempat keluarga ini tinggal. Ajie kecil tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Ia hanya mengerti, kemudian hanya tinggal sendiri dengan ibundanya, Thohirotun yang merawatnya dengan cinta, kasih sayang, air mata dan keringatnya.
Hari, bulan dan tahun dilalui dengan penuh kegelisahan hingga ia tamat di sebuah Madrasah Tsanawiyah di desanya. Ia semakin mengerti, derita yang dialami oleh orang miskin. Sebab ketika ia menyampaikan ingin melanjutkan sekolah ke jenjang SLTA, ibundanya Thohirotun hanya diam dan matanya berkaca-kaca. Aji mengerti beban hidup Ibundanya tidak mungkin mengantarkan ia meraih cita.
Bahkan Aji juga mengerti dan pasrah, ketika rumah tempat ia dibesarkan berlahan berubah menjadi reot yang penuh lubang. Namun Ajie menganggap bahwa rumah itu adalah tempat nyaman bagi ia dan Ibundanya untuk bernaung. Kegelisah, derita, luka dan harapan yang datang silih berganti kemudian dituangkan dalam untaian syair bisu pada buku-buku usang.
Namun ia tidak mau diam dah kalah. Karena itu setelah lulus MTs, ketika usianya belum genap 16 tahun dengan doa dan linangan air mata, ibunya melepas kepergian Ajie di Terminal Bangsri. Ia ingin mengadu nasib mencari penghidupan yang layak ke kota hujan Bogor
Diperantauan Ajie kecil harus berjuang keras untuk bisa bertahan hidup. Walaupun berat, semua pekerjaan berat ia jalani demi sesuap nasi.
“Kerasnya kehidupan kota membuat aku mengenal makna kehidupan. Bahwa orang harus berjuang dan berkorban untuk sesamanya. Karena hanya dengan sikap seperti itu, seseorang berarti bagi sesamanya,” kenang Ajie.
Berkat doa Ibu, perjuangan dan usahanya yang tidak kenal lelah, akhirnya Ajie mulai merangkak bangun. Bahkan ia juga mengenal dunia keartisan. Bahkan ia bisa mulai menabung.
”Cibinong dan Cawang menjadi saksi bisu perjuangan ku untuk meraih impian. Meskipun di sinetron hanya mendapatkan peran figuran. Namun pengalaman itulah menjadi inspirasi untuk berani melangkah sendiri dalam segala hal,” tuturnya.
Kemudian ketika merasa bekalnya telah cukup dan dorongan hati untuk bisa merawat ibundanya di hari tua, Ajie memutuskan untuk pulang. Ia juga ingin bisa membuka usaha di rumah hingga ia bisa berkehidupan yang layak.
Di sela-sela kegiatannya, Ajie juga belajar pada Kejar Paket C hingga tamat. Merasa tidak cukup, ia kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Terbuka. Ia mengambil jurusan Manajemen Informatika yang diharapkan bisa mendukung usahanya.
“Alhamdulillah usahaku berjalan lancar. Bahkan bisa memberangkatkan Ibuku umroh ke tanah suci yang dalam mimpipun beliau tak pernah berani berharap. Sebab kondisi kami waktu itu,” ujar Ajie Anjasmara.
Ditengah menikmati keberhasilannya, hoby menulis tidak pernah hilang. Bahkan ia kemudian mencoba untuk membuatnya dalam bentuk lagu dengan bantuan temannya seorang arrangger musik.
“Saya sedang berusaha untuk menebarkan kreatifitas, inovasi dan keberanian untuk berkarya,” tutur Aji. Karena itu ia tidak memperhitungkan dana yang harus dikeluarkan.
Penderitaan yang pernah ia alami sejak duduk di bangku SD, nampaknya menumbuhkan kepekaan Ajie untuk sedikit meringankan beban orang-orang yang membutuhkan uluran tangan melalui kegiatan sosial dan bahkan gerakan membersihkan sampah .
Namun ia tidak berhenti disitu, ia kemudian memanfaatkan media sosial untuk melakukan kebaikan-kebaikan kecil. Akhirnya atas bantuan seorang teman mahasiswa UII Yogyakarta bernama Edo Irmawan, dibuatlah akun di Youtube Dapur Dangdut Indonesia.
Aji kemudian membentuk tim yang terdiri atas lima orang dengan tugas kameramen, host, dan tim kreatif. Diplih nama Dapur Dangdut INDONESIA sebab Ajie telah banyak menghasilkan syair lagu Dangdut, juga karena Dangdut itu kreatif, asyik, bermartabat, berbudaya dan Indonesia banget.
Melalui channel Youtube Dapur Dangdut Indonesia yang baru dirintisnya, Ajie dan kawan-kawannya membuat paket acara manarik mulai jalan jalan, kuliner, review makanan, resep masakan, kisah inspiratif, budaya dan kearifan lokal, kegiatan sosial hingga membersihkan sampah.
“ Harapan kami melalui Dapur Dangdut INDONESIA on YouTube, dapat menjadi inspirasi anak muda untuk kreatif dan berani berkarya untuk bangsanya. Jika kebaikan-kebaikan kecil itu dilakukan bersama oleh anak-anak muda kreatif, maka akan jadi kekuatan yang dahsyat,” ujarnya.
Juga untuk merubah persepsi masyarakat tentang musik dangdut yang senyatannya dapat menjadi tuntunan bukan hanya tontonan yang menyajikan erotisme.
Hadi Priyanto