WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Esensi sukses pelayanan pendidikan, manakala mampu memberikan proses pembelajaran untuk memandaikan siswa bodoh. Demikian ditegaskan Rektor UNS Sebelas Maret Surakarta, Prof Dr H Jamal Wiwoho SH, MHum, Jumat (24/1), ketika tampil menjadi nara sumber dalam acara sosialisasi analisa stratejik merdeka belajar, serta dampaknya bagi manajemen pendidikan dasar dan menengah (Dikdasmen).
Acara ini, digelar di ruang pertemuan lantai dua Kantor Yayayasan Pendidikan Pancasila (YPP) Cabang Wonogiri kompleks Gedung SMK Pancasila 1 Wonogiri. Ikut hadir memberikan sambutan, Ketua Panitia Pelaksana, Warno Hadi SPd, Ketua YPP Cabang Wonogiri, Drs Sakiran, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Propinsi Jateng yang diwakili Kepala Cabang Disdik Wilayah VI, Eris Yuniato SPd, MPd, dan Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Wonogiri, Dr Dra Yuli Bangun Nursanti MPd.
Regu paduan suara YPP Cabang Wonogiri, tampil memandu acara menyanyikan bersama Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Mars YPP. Menandai acara pembukaan, dilakukan doa bersama yang dipandu oleh H Slamet Sutrisno BSc. Dalam kesempatan tersebut, Ketua YPP Cabang Wonogiri, Sakiran, menyerahkan cenderamata kepada Rektor UNS, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VI, Kepala Dikbud Wonogiri. Berikut kepada Wakil Rektor UNS Prof Dr H Sayidan MSI, dan Dr Soeprayitno MBA, MSc, PHd (Komisioner DJSN RI, Direkur PT Pusat Studio Apindo, Ketua Komisi Tetap Hubungan Industrial Kamar Dagang Indonesia), yang ikut menjadi nara sumber.
Merdeka Belajar
Ketua Panitia, Warno Hadi, menyatakan, sosialisasi merdeka belajar ini, diikuti oleh para Kepala Sekolah (Kasek) dan Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) dari sekolah-sekolah YPP se Kabupaten Wonogiri, serta Ketua dan Pengurus YPP. Tujuan digelarnya sosialisasi ini, adalah untuk memberikan pemahaman tentang merdeka belajar kepada para pendidik, agar nantinya mampu melaksanakannya dalam proses pembelajaran di sekolahnya masing-masing.
”Konsep pendidikan, hakikatnya adalah proses minterke (memandaikan) anak yang bodoh. Jadi penekanannya pada proses pembelajaran dan pemberian pelayanan pendidikan kepada para siswa,” tegas Rektor UNS Prof Jamal Wiwoho, ketika memberikan jawaban atas pertanyaan peserta.
Bebicara masalah merdeka belajar, itu tidak terlepas dari aspek kemandirian belajar, dalam konteks pembelajaran yang merupakan implementasi dari sistem Student Centered Learning (SCL). Yakni memberikan kesempatan kepada murid/siswa, untuk memegang kendali belajarnya sendiri, melalui proses membangun karakter tanggungjawab dan kedaulatan.
Dalam konteks ini, terjadi pergeseran paradigma sistem pembelajaran. ”Guru berperan sebagai penggerak dan motivator dalam pembelajaran,” tegas Prof Jamal Wiwoho. Substansi kemerdekaan itu sendiri, menjadi bagian terpenting, karena akan memberikan ruang kreativitas dan inovasi kepada guru dalam mengeksplore kemampuan dan kompetensi mengajarnya.
Kata Prof Jamal Wiwoho, penerapan proses merdeka belajar tidak mudah untuk diwujudkan, mengingat sistem pembelajaran mandiri di jenjang Perguruan Tinggi (PT) saja masih mengalami kendala, apalagi bila itu diterapkan pada siswa di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pada manajemen sekolah vokasi, tambah Prof Jamal, diperlukan penguatan kerjasama dan kolaborasi, penguatan manajemen sistem informasi dan literasi, serta penguatan sumber daya.
Bambang Pur