WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Sebanyak 5 bupati di Indonesia, mendapatkan penghargaan dari Menteri Perdagangan Republik Indonesia (Mendag-RI). Ini terkait dengan peran mereka, yang dinilai berhasil dalam mengimplementasikan Sistem Resi Gudang (SRG).
Kelima bupati yang mendapatkan penghargaan dari Mendag-RI tersebut, terdiri atas Bupati Wonogiri, Bupati Grobogan, Bupati Cianjur, Bupati Barito Kuala, dan Bupati Aceh Tengah. Penyerahannya dilakukan Kamis (5/12), di Pendapa Kabupaten Wonogiri, bersamaan dengan acara kunjungan Mendag untuk membuka acara pertemuan teknis SRG. Ikut hadir Ketua Komisi II DPRD Wonogiri, Titik Sugiarti, bersama para pimpinan dinas dan instansi terkait.
Mendag, Agus Suparmanto, menyatakan, penghargaan tersebut diberikan atas keberhasilan kepada lima bupati dalam membuat program kerja Pemda yang dipimpinnya. Yakni untuk mengembangkan keberadaan SRG berkelanjutan dan berinovasi, dalam kiat melakukan pemasaran hasil pertanian. Kebijakan yang diambil kelima bupati tersebut, dinilai telah memberikan dampak yang signifikan bagi pengembangan SRG, utamanya dalam menumbuhkan tata niaga komoditas pertanian.
Kegiatan Ekspor
”Saya memberikan apresiasi dan penghargaan kepada para bupati yang berhasil mengimplementasikan SRG di daerahnya,” jelas Mendag Agus Suparmanto.
Diungkapkan, untuk beberapa daerah sudah memperlihatkan peran dalam mengembangkan fasilitas SRG, sebagai instrumen pendukung dalam rangka penyediaan pangan berkualitas bagi masyarakat. Juga untuk kegiatan ekspor komoditas berdaya saing. Hal ini sesuai Undang-Undang (UU) Nomor: 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang (SRG). Dalam Pasal 33, disebutkan, Pemda berperan dalam pembuatan kebijakan untuk mempercepat pelaksanaan SRG dan penguatan perannya sebagai institusi pelaku usaha.
Di beberapa daerah di Indonesia, yang telah sukses mengembangkan SRG, itu tidak lepas dari peran aktif Pemda dalam menciptakan berbagai inovasi dan terobosan-terobosan kebijakan. Tujuannya, agar keberadaan SRG dapat dimanfaatkan secara optimal, baik untuk petani, pelaku usaha, maupun pengelola gudang itu sendiri.
Dalam kesempatan itu, Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Tjahya Widayanti, menyebutkan, salah satu gudang SRG yang secara nyata telah berhasil melakukan ekspor komoditas beras keluar negeri, adalah gudang SRG Kabupaten Wonogiri.
Pada Tahun 2019, gudang SRG yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Petani (BUMP) PT Pengayom Tani Sejagad ini, berhasil melakukan ekspor beras organik ke empat negara. Yakni ke negara Amerika, Prancis, Singapore, dan Malaysia. Nilai ekspornya mencapai sebesar Rp 1,98 miliar, dengan rata-rata kuantitas ekspor per bulan 20 ton. Untuk Tahun 2020, diharapkan ada peningkatan nilai ekspor menjadi 50-60 ton per bulan.
Untuk memajukan SRG, Mendag, mengajak berbagai pihak untuk bersinergi mendorong optimalisasi pemanfaatannya. Utamanya kepada para pelaku usaha, pengelola gudang, lembaga penguji mutu, pihak perbankan, serta Pemda. Hal ini bertujuan agar implementasi SRG terlaksana lebih cepat, sehingga mendorong tercapainya ketersediaan pasokan dan stabilitas harga bahan pokok.
Dalam kesempatan itu, Mendag juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pengelola SRG dan institusi perbankan yang telah memberikan kepastian dan kemudahan akses pembiayaan, serta para pemangku kepentingan lainnya. Lima kabupaten yang mendapatkan penghargaan, diharapkan dapat menjadi percontohan nasional bagi Pemda lain di Tanah Air, utamanya bagi kabupaten yang telah menerima bantuan pembangunan SRG.
Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, sebagai salah satu dari lima kepala daerah di Indonesia yang menerima penghargaan Mendag tersebut, menyatakan, fasilitas SRG di Kabupaten Wonogiri berada di Kelurahan Kaliancar, Kecamatan Selogiri.
Menempati lahan seluas 4.800 Meter Persegi (M2), dibangun dengan bantuan DAK Tahun 2011 sebesar Rp 4,636 miliar lebih dan dana pendampingan APBD sebesar Rp 463,690 juta (10 persen).
Luas gudang 850 M2, berkapasitas menampung 2.000 ton, dilengkapi sarana lantai jemur 233 M2, unit rice mill berkapasitas 2 ton per jam, dan mesin pengering berkapasitas 8 ton. Pada Tahun 2018, dilakukan penambahan fasilitas pelengkap dengan mendapatkan bantuan dana DAK sebesar Rp 3 miliar.
Bambang Pur/trs