Oleh Amir Machmud NS
BETAPA lega perasaan Rina Ratnaningrum, Kepala Dinas Informatika dan Komunikasi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, setelah 12 wartawan menyelesaikan program “kuliah singkat” jurnalistik ke Singapura, 1 hingga 5 Desember lalu.
“Jelas lega, karena apa yang diimpikan oleh Pak Gubernur sejak lima tahun lalu akhirnya bisa terealisasi,” ungkap Riena, yang juga dibenarkan oleh Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Diskominfo, Setyo Irawan sebagai pimpinan rombongan ke Singapura.
Riena berterima kasih kepada Gubernur Ganjar Pranowo yang konsisten mengapresiasi wartawan pemenang lomba jurnalistik. Apresiasi dengan memberi kesempatan kursus singkat ke luar negeri itu merupakan salah satu komitmen Gubernur untuk meningkatkan sumberdaya manusia wartawan.
“Peningkatan SDM di berbagai bidang, termasuk di dunia kewartawanan ini menjadi concern Pak Ganjar, juga secara nasional menjadi aksentuasi program pengembangan SDM oleh Presiden Joko Widodo,” ungkap Riena.
Lomba Jurnalistik
Sekitar lima tahun lalu, Gubernur Ganjar Pranowo berkeinginan untuk memberi tambahan bekal pengetahuan bagi wartawan yang biasa meliput kegiaan-kegiatan pemerintah provinsi. Bagi yang dinilai berprestasi, akan dikirim untuk mengikuti short course di Jerman. Akan tetapi, waktu itu muncul pro-kontra: parameter apa yang dianggap sahih untuk menentukan siapa saja wartawan yang memenuhi syarat untuk dipilih mengikuti kursus pendek jurnalistik itu?
Ganjar bukannya tidak mendengar pro-kontra tersebut, terutama penilaian oleh sejumlah orang, bahwa jangan-jangan hanya wartawan penulis hal-hal positif saja tentang pemprov yang dianggap “memenuhi syarat prestasi”, lalu mereka yang biasa menulis secara kritis tidak masuk dalam kategori tersebut.
Ganjar menjelaskan, wartawan dan media apa pun berhak menyampaikan kritik terhadap kekurangan-kekurangan pembangunan di Jawa Tengah. Dia akan terbuka menerima. Yang dia kehendaki adalah karakter berjurnalistik dan bermedia yang sehat, berbasis data, dan bervisi kebangsaan. Nah, karena secara teknis ketika itu agaknya berkembang diskursus pro-kontra yang belum menemukan titik temu, Pemprov Jateng pun menunda rencana kursus pendek tersebut.
Pemberian apresiasi jurnalistik bagi wartawan dilakukan dalam bentuk lomba, dengan juri independen yang terdiri dari kalangan akademisi dan wartawan senior. Gubernur menbegaskan tidak membatasi nuansa kritik terhadap kinerja pemerintahannya dalam artikel dan reportase yang dilombakan. Lomba diselenggarakan per semester dengan tema-tema khusus, mengikuti dinamika aktual dan fenomena-fenomena dalam pembangunan daerah. Kekurangan-kekurangan dalam sejumlah program juga banyak diberi masukan atau kritik lewat karya-karya yang dikirim oleh wartawan.
Terakhir, pemenang lomba jurnalistik dari 12 kategori, dikirim untuk menambah bekal pengetahuan para wartawan tersebut ke Lassale College Singapura. Sebelumnya, arah program tersebut didiskusikan oleh Kominfo bersama pimpinan organisasi-organisasi profesi kewartawanan.
Tantangan Baru
Dahniar Yudha Eriyanto, wartawan net.tv mengaku mendapat hal-hal baru yang menantang ketika mengikuti workshop di Singapura. “Untuk wartawan televisi, memang yang diajarkan adalah hal-hal dasar, namun ada hal dasar yang kemudian baru kami sadari sebenarnya merupakan tantangan besar, yaitu ketika kami ditugasi meliput di lapangan. Saat mewawancarai sejumlah man on the street di Singapura, kami menghadapi kultur respons terhadap media yang berbeda dari di Indonesia. Juga bagaimana ketika kami harus menyiapkan materi liputan secara detail,” ungkap pria yang gemar memakai topi laken ini.
Di ruang kursus, para pengajar — Qing Sheng, Augustine Anthuvan, dan Anson Lee –, dinilainya sangat kompeten. Ketiganya selalu mengajak berinteraksi dalam menyampaikan pengetahuan-pengetahuan baru. “Bagi kawan-kawan wartawan yang bukan dari televisi, materi pengajaran di Lasalle College kemarin tentu memberi banyak visi baru tentang multimedia yang terintegrasi,” tutur Yudha.
Kabid Informasi dan Komunikasi Publik Setyo Irawan melihat kegembiraan 12 wartawan yang mengikuti kegiatan tersebut. Dia menyatakan Diskominfo akan mengevaluasi, melihat feed back-nya. “Dan jika dinilai membawa manfaat bagi peningkatan kapasitas SDM wartawan, tentu akan kami kembangkan lagi. Bisa jadi bukan hanya di Singapura, tetapi juga ke Australia atau Jerman,” tuturnya.
Trs