SUKOHARJO, SUARABARU.ID – Momen bulan Desember menjadi berkah tersendiri bagi Edi Cahyo Setiarto, salah seorang perajin patung dari Desa Tempel, Pondok, Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Mendekati perayaan Natal, pesanan patung religi berkaitan dengan perayaan umat Nasrani laris manis. Di bengkelnya, Edi Cahyo bersama rekannya, Sihono (30), telah menyelesaikan dua patung Bunda Maria pesanan umat Katholik di Manado.
“Satu patung sudah terkirim ke Manado untuk keperluan keagamaan. Satu lagi masih dalam proses finishing 80 persen. Rencana pekan depan patung Bunda Maria akan dikirim ke Manado dengan tempat berbeda,” terang Edi Cahyo kepada Suarabaru.id.
Patung Bunda Maria menggendong Yesus kala kecil tersebut tengah produksi memiliki tinggi 2 meter. Proses pembuatan, kata Edi Cahyo, tak berbeda dengan pembuatan patung lainnya dari fiberglass.
Mulai dari modeling dari tanah liat, lalu dengan semen putih dan gip, pembuatan cetakan banyak potongan, mencetak (pengecoran), perakitan dan finishing yang dimulai dari proses penghalusan hingga pengecatan.
“Untuk proses pembuatan sampai siap kirim, minimal memakan waktu sebulan. Kalau untuk pembuatan sebenarnya cukup cepat dari sisi waktu, karena hanya mencetak. Yang membedakan hanya bentuk dan rupa-rupa patung dari pemesan,” terangnya.
Sesuai Pesanan
Dia menjelaskan, untuk patung yang saat ini dikerjakan sesuai dengan pesanan dari tempat religi umat Katholik di Manado. Detail wajah Yesus dan Maria, serta warna disesuaikan dengan gambar.
“Kalau pemesanan Bunda Maria dan Yesus kecil sebelumnya, finishing cat seperti perunggu. Untuk waktu pengerjaan, juga satu bulan,” tambahnya.
Harga jual setiap patung berbeda-beda, tergantung dari besar kecilnya ukuran. Khusus Edi dan Sihono membuat patung berukuran tinggi minimal 180 sentimeter.
“Harga paling murah Rp20 juta. Namun Bunda Maria ini harganya berbeda, kami menjual Rp15 juta karena untuk keperluan keagamaan,” ungkapnya.
Sihono menambahkan, detail pembuatan patung Yesus atau Bunda Maria memiliki kesulitan tersendiri dibanding patung-patung lainnya yang pernah dibuat, seperti Menara Pisa, Big Ben, harimau, kuda, ataupun tokoh-tokoh komik dengan ukuran cukup besar.
“Kenapa sulit, yak arena untuk Bunda Maria dan Yesus ini harus detail di wajah, rambut, dan lekukan yang lainnya. Harus terlihat serealis mungkin, sehingga saya juga sangat berhati-hati dalam proses perwarnaan serta pencetakan,” tuturnya.
Khusus Desember ini, Edi dan Sihono sudah menolak beberapa pesanan lainnya, karena mereka ingin fokus menyelesaikan patung Bunda Maria menggendong Yesus.
“Beberapa pesanan terpaksa tidak bisa kami layani. Mungkin bulan depan (Januari-red) setelah menyelesaikan pekerjaan ini baru kami membuka order lagi. Portofolio hasil karya kami bisa dilihat di Facebook Patung Solo,” sahut Edi.
Patung-patung karya Edi dan Sihono ini sudah melalangbuana dari Aceh hingga Papua. Pernah dia menolak pesanan dari Amerika Serikat dengan alasan tidak bisa memenuhi permintaan dari klien.
“Kami membuat patung handmade, jadi tidak presisi seperti halnya menggunakan mesin cetak. Klien mintanya seperti itu, harus sempurna,” ucapnya.
Kepuasan pelanggan adalah komponen utama dalam berbisnis di pelbagai bidang, tanpa kecuali bisnis kerajinan patung yang digeluti Edi dan kawan-kawan di bengkel Mata Jiwa Studio.
“Sebisa mungkin kami akan memberikan karya-karya terbaik untuk pelanggan setia,” pungkas Edi.
Suarabaru.id/LBC