SEROMBONGAN lelaki setengah baya mendatangi kediaman modin di pinggiran hutan jati tidak jauh dari kediaman saya. Mereka tampak sedang ketakutan karena dituduh sebagai otak penggerak kerusuhan berbau SARA pada tahun 80-an. Mereka berniat untuk isian ilmu kebal untuk bekal menyerahkan diri ke aparat. Sebelumnya, mereka sudah beberapa hari bersembunyi dan ingin menyerahkan diri ke aparat.
Saat menjalani prosesi pengisian, oleh Guru mereka dipesan, saat di hadapan aparat tidak boleh banyak bicara, jawab pertanyaan seperlunya.” Selanjutnya tujuh orang itu menyerahkan diri ke aparat. Namun karena kasus yang dihadapi itu tergolong berat dan peka, mereka dikirim ke salah satu instansi tingkat provinsi.
Dikisahkan, saat dalam tahanan itu mereka mengalami berbagai hal yang justru timbul karena aturan dalam isian ilmu kebal. Yaitu, saran untuk tidak boleh banyak bicara, hingga aparat yang menginterograsi menganggap mereka mempersulit penyidikan hingga beberapa kali menerima bogem mentah.
Untung, ketika itu isiannya terbukti. Mereka mengaku pukulan maupun tendangan yang menimpa mereka tidak menimbulkan rasa sakit. Bahkan sebagian dari mereka malah cengengesan hingga memancing emosi aparat. Mereka mengisahkan, ketika dihajar itu tidak merasakan sakit.
Aparat pun tak tinggal diam. Mereka ada yang tahu peluluhnya. Rahasianya sederhana. Ditebarkan segenggam biji kacang hijau di lantai kemudian beberapa orang kebal itu disuruh berlutut, dengan posisi lutut di atas hamparan biji kacang hijau. Dan itu dan membuat mereka tidak lagi cengengesan. Mereka sampai menangis karena beberapa biji kacang hijau itu masuk dalam kulit dengkul dan menyebabkan mereka berdarah.
Menurut para ahli ilmu batin, ilmu kebal itu lebih bereaksi ketika ada bentuk serangan yang bergerak dari luar. Sedangkan biji kacang hijau yang dijadikan alas berdiri dengan lutut itu sebaliknya, yaitu biji kacang hijaunya yang diam, dan kulit lututnya yang menekan. Dan ilmu kebal terkadang bereaksi bagus ketika menghadapi serangan dari luar, seperti senjata tajam yang diayunkan.
Setiap ilmu memiliki keterbatasan. Hal ini agar orang yang punya ilmu kebal dan jenis kesaktian yang lain itu tidak bertingkah “semau gue”, karena sekuat apapun, suatu ilmu bisa diakali dengan metode yang justru sepele, misalnya dengan biji kacang hijau.
Kebal Defensif
Dibandingkan dengan ilmu kebal, yang lebih penting dimiliki adalah “Ilmu Selamat”. Ilmu kebal bermodal percaya diri, dan ilmu selamat dengan berserah diri. Dan konsep “Ilmu Selamat” ini dapat digali melalui prinsip menabung energi melalui oleh rohani : Doa, wirid yang dilakukan secara istikamah disertai laku dan perilaku baik yang tidak mengundang bahaya.
Yang disebut Ilmu Selamat itu pengertiannya luas. Keselamatan itu satu, jalannya seribu. Jalan untuk mendapatkan selamat itu ada berbagai cara. Orang dibacok dan ayunannya meleset, itu juga bentuk dari selamat, atau senjatanya mengenai badan, tetapi tidak menimbulkan luka, itu juga bentuk lain dari keselamatan.
Di kalangan santri, banyak dikenal amalan yang memiliki karakter melindungi (kebal defensif). Salah satunya dengan menjadikan surah Al-Taubah, ayat 128-129 sebagai wirid rutin, minimal tiga atau tujuh kali pagi dan petang atau setelah salat Subuh dan Magrib.
Sedangkan doa untuk keselamatan yang bersifat umum adalah Bismillaahil la dzii laa yadhurru ma’asmihii syai-un fil ardhi wa laa fissamaa-i wa huwassamii’ul ‘aliim ( Dengan menyebut nama Allahyang tidak membahayakan sesuatu bersama nama Allah di bumi dan di langit. Allah adalah dzat Yang Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Ilmu kebal atau lebih etis disebut Ilmu Perlindungan, ini tak selamanya sangar. Kisah selamat yang secara alamiah dikemas dengan jenaka pun beberapa kali terjadi dan ini menunjukkan keselamatan itu datang dengan beragam cara.
Misalnya, orang yang berniat jahat itu tiba-tiba mengurungkan niatnya karena iba, bahkan pernah ada kejadian, santri saat ditusuk belati, karena dianggap kebal, yang menyerang berlarian.
Dianggapnya santri itu berilmu kebal, padahal serangannya (kebetulan) mengenai bundhelan sarungnya. Namun, kadang ilmu kebal juga bisa jadi “bumerang” bagi pelakunya. Seperti dialami kisah keluarga yang dihajar istrinya dengan golok tajam karena suaminya mau poligami.
Karena membahayakan saya menasihati istrinya. Namun apa jawabnya? “Mas.. saya sampai berani membacok suami itu karena saya tahu suamiku barusan tirakat ilmu kebal, kalau dia tidak punya ilmu kebal ya tidak saya bacok… namanya juga suami.”**
Penulis adalah pengamat dan konsultan metafisika, tinggal di Sirahan, Cluwak, Pati.