blank
Rangkaian gerbong KA Rail Library dan Rail Clinic saat tiba di Stasiun Gubug. Kedatangan kereta ini dinantikan masyarakat sekitar sejak pagi. Foto: Hana Eswe.

Sebagai perusahaan di bidang transportasi massal, PT (Persero) KAI Daop IV Semarang juga peduli dengan masyarakat di sekitarnya. Kepedulian ini ditampilkan dalam bentuk kegiatan corporate social responbility (CSR) melalui  rail clinic yang dipusatkan di Stasiun Gubug, Kabupaten Grobogan, Selasa (13/8).

Terlihat sorak-sorai anak-anak yang tinggal di sekitar stasiun tersebut saat kedatangan kereta api khusus kesehatan dan perpustakaan buku. Berbagai kegiatan bakti sosial dilakukan di stasiun ini melalui kereta api tersebut diantaranya, pengobatan gratis, pembagian kaca mata gratis, penyuluhan kesehatan, sosialisasi mengenai perkeretaapian, sejumlah bantuan CSR untuk bidang kependidikan, serta pemberian souvenir hiburan lainnya.

Manager Humas PT KAI Daop IV Semarang, Krisbiyantoro menjelaskan, acara CSR ini memang melibatkan sarana khusus perkeretaapian yang diberi nama Rail Clinic. Kegiatan ini juga dilaksanakan sebagai agenda tahunan.

“Pada tahun 2019 ini, PT KAI Daop IV Semarang mengadakan CSR di tiga tempat, yaitu di Stasiun Gubug pada 13 Agustus 2019. Sebelumnya kita sudah melaksanakan kegiatan serupa di Stasiun Alastuwa pada 28 Maret 2019 kemarin dan rencananya akan kita laksanakan di Stasiun Comal,” ujar Kris, sapaan akrab Krisbiyantoro.

Menurut Kris, Rail Clinic ini kali pertama diluncurkan pada 2015 lalu alias 4 tahun silam. Kereta ini kemudian menjadi kereta kesehatan pertama di Indonesia yang mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

“Tujuan dari Rail Clinic ini adalah wujud kepedulian sosial sebagai bagian dari CSR yang difungsikan untuk memberikan bantuan gratis kepada masyarakat yang sulit menjangkau fasilitas kesehatan. Hingga tahun 2018, PT (Persero) KAI telah meluncurkan empat generasi Rail Clinic.Di kereta api kesehatan ini, terdapat 4 dokter umum, 1 dokter gigi, 2 bidan, 6 perawat umum, 2 perawat gigi, 1 apoteker dan 1 asisten apoteker. Di tahun yang sama, PT KAI juga meluncurkan kereta pustaka atau Rail Library yang dirangkaikan dengan kereta Rail Clinic ini,” jelas Kris.

blank
Seorang warga tengah ditangani tim dokter Rail Clinic pada kegiatan CSR di Stasiun Gubug. Foto: Hana Eswe/ist.

Sementara rail library ini berisikan ratusan bacaan yang dapat dibaca di dalam kereta. Di dalamnya juga dilengkapi fasilitas penunjang di antaranya 6 unit monitor layar sentuh dengan database berbagai bacaan, video edukatif, dan lagu-lagu anak yang terkoneksi dengan internet.

Pelayanan kesehatan yang diberikan secara gratis ini dibuka untuk umum mulai pukul 08.00-14.00 WIB kepada 300 warga yang tinggal di sekitar Stasiun Gubug. Pelayanan kesehatan primer, kesehatan gigi, kebidanan, mata, pemeriksaan laboratorium sederhana, pelayanan farmasi, serta penyuluhan kesehatan dan perkeretaapian diadakan pada kegiatan bakti sosial tersebut.

Kris menjelaskan, selain bakti sosial tersebut, PT KAI Daop IV Semarang juga memberikan bantuan kepada masyarakat Gubug di antaranya 39 kacamata gratis untuk siswa SDN 1, 3, 4, 7 Gubug dan SD Muhammadiyah Gubug. Di samping itu, penyerahan bantuan berupa alat-alat olahraga diberikan kepada SD 01 Kwaron dan SD Muhammadiyah Gubug.

“Semoga adanya Rail Clinic dan Rail Library ini dapat meningkatkan kesehatan dan minat baca masyarakat serta dapat lebih peduli kepada keselamatan dan perjalanan kemanan kereta api. Di samping itu juga dapat sebagai ajang mempererat tali silaturahmi antara PT KAI dengan masyarakat dan juga terjalin kerja sama dengan masyarakat sekitar jalur rel dalam memajukan transportasi massal berbasiskan rel,” tambah Kris.

Rail Clinic dan Rail Library ini selain difungsikan untuk kegiatan CSR juga dapat dipergunakan ketika bencana alam terjadi. Ketika mendapatkan informasi adanya bencana, kereta ini akan meluncur ke stasiun terdekat dengan lokasi bencana.

“Dan kita memilih Stasiun Gubug untuk pelaksanaan kegiatan CSR hari ini karena sudah kami petakan termasuk daerah berpotensi rawan gangguan perjalanan KA seperti pelemparan batu dan tertemper di jalur KA. Dengan kata lain, kegiatan ini juga difungsikan sebagai perekat antara PT KAI Daop IV Semarang dengan masyarakat sekitar,” pungkasnya.

suarabaru.id/Hana Eswe