Semarak Gaung Kemerdekaan
Oleh:
Ira Alia Maerani
HARI kemerdekaan Republik Indonesia yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus menanti di depan mata. Serangkaian acara dalam rangka memperingati hari perayaan kemenangan itu digelar di pelosok negeri. Tak terkecuali di wilayah RT 06 RW VI Plamongan Indah, Kelurahan Plamongan Sari, Kecamatan Pedurungan, Semarang. Menyambut dengan gegap gempita perayaan hari kemerdekan yang diperingati setiap setahun sekali ini.
Para remaja sibuk menjadi panitia. Dalam iringan lagu-lagu perjuangan, mereka mensupport adik-adiknya yang menjadi peserta berbagai lomba-lomba. Budaya kaderisasi ini terbangun. Sebelum mereka menjadi pantia, beberapa tahun silam mereka adalah peserta lomba. Kakak-kakak yang sekarang telah berkeluarga dulu adalah panitia lomba 17-an. Proses regenerasi yang manis. Tongkat estafet disampaikan dengan baik dalam persaudaraan dan kerukunan.
“Budaya musyawarah terpelihara dengan baik. Mengingat sebelum lomba dilaksanakan, para remaja mengawalinya dengan musyawarah dengan mengadakan rapat internal dengan dipandu oleh pengurus RT,” kata Ketua RT 06, Dr. Nuridin, S.Ag., M.Pd. Mereka menentukan jenis permainan apa yang akan dilombakan, menentukan panitia yang bertanggung jawab, menentukan peserta, hingga mempersiapkan hadiah yang akan diberikan pada pemenang lomba.
Ketika pelaksanaan lomba, para panita bahu membahu mempersiapkan piranti yang akan digunakan. Seperti: sound system, microfon, tali rafia, dan sebagainya. Untuk lomba makan kerupuk, panitia menyiapkan kerupuk yang telah diikat seutas tali rafia. Demikian pula dengan jenis lomba lainnya. Seperti: lomba kelereng, lomba mengambil koin di buah semangka yang dilumuri petis, lomba memecahkan balon berisi air, dan sebagainya.
Puncak peringatan hari kemerdekaan ini akan diperingati pada tanggal 17 Agustus yang akan datang. Hadiah lomba 17-an akan diberikan pada malam puncak ini. Biasanya warga membuat acara lek-lekan. Dengan suguhan kacang rebus sebagai cemilan.
Diawali dengan syukuran dengan simbol pemersatu yakni tumpeng yang diletakkan di tengah kerumunan warga. Memanjatkan do’a syukur kepada Allah SWT atas nikmat kemerdekaan. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hari Kemerdekaan, Hymne Pahlawan. Pesan kemerdekaan disampaikan oleh sesepuh yang dulu pernah ikut berjuang melawan penjajah. Secara audio visual, pesan kemerdekaan bisa disajikan dengan menampilkan film kemerdekaan, seperti film “Janur Kuning”.
Pesan kemerdekaan ini menjadi momen pelajaran sejarah bagi generasi mileneal. Mengingat mereka adalah saksi hidup dibalik tidak menyenangkannya peperangan. Berjuang mengorbankan jiwa, raga dan harta.
Nikmat kemerdekaan ini hendaknya diambil hikmah oleh generasi mileneal agar mengisi kemerdekaan dengan kerja nyata dan belajar dengan baik. Berjuang membangun negeri sehingga tidak dijajah oleh bangsa manapun. Menuju negara Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat seutuhnya. (suarabaru.id/Dr. Ira Alia Maerani, S.H., M.H., dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang).