BLORA – Kabupaten Blora menampilkan seni gejlog lesung (tabuhan lesung) pada Festival Pertunjukan Rakyat Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) Jawa Tengah 2019.
Dijelaskan oleh Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Ignatius Ary Susanto mewakili Kepala Dinkominfo Blora Sugiyono, Jumat (5/7/2019), FK Metra tingkat Jateng, digelar di pendapa kabupaten setempat.
Menurut Ary, Blora menjadi tuan rumah Festival Pertunjukan Rakyat Forum Komunikasi Media Tradisional tingkat Jawa Tengah, kegiatan seni menjadi gayeng karena sejumlah kabupaten ikut tampil.
Dijelaskan, ada sejumlah seni pertunjukan yang akan disajikan, untuk Kabupaten Blora menampilkan drama berbahasa Jawa kolaborasi dengan seni Gejlog Lesung dan kentongan bambu tradisional.
Agar tampil bagus di FK Metra, seni yang masih diuri-uri warga Kampung Samin, Desa Sambongrejo, Kecamatan Samong, diawali dengan latihan diintensifkan di pendapa kampung samin Sambongrejo, kata Ary Susanto.
Selain itu, untuk memeriahkan dan menyambut tim dari daerah lain, kabupaten Blora akan menampilkan seni barongan dan aneka tari kreasi. Acara dimulai pukul 15.00 WIB.
Sejumlah tempat untuk transit, lanjutnya, sudah dipersiapkan untuk tim dari Sragen, Cilacap, Pekalongan, Kendal dan Tegal.
Calon Kades
Ditambahkan Ary, drama berbahasa Jawa dengan iringan Gejlog Lesung dan kendongan bambu, bertujuan mengangkat seni tradisional Blora yang makin langka.
Seni budaya tradisional ini, lanjutnya, sudah ada sejak zaman nenek moyang kita yang berabad-abad terjadi di berbagai daerah di Nusantara.
“Warga Blora lainnya, ada yang menamakan Kotekan Lesung, khususnya warga kampung Samin Sambongrejo, menyebut Gejlog Lesung,” jelasnya.
Djelskan, musik ini identik dengan masyarakat petani atau pedesaan yang mata pencahariannya adalah petani (masyarakat agraris).
Gejlog Lesung muncul dari kerukunan yang dibina sejak berabad-abad secara turun temurun, lantaran masa itu belum ada mesin penggiling padi, sekaligus sarana komunikasi saat orang akan punya hajat.
Adapun, tema drama adalah menjelang pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades), dan dalam drama tersebut, diceritakan ada dua orang warga yang akan maju nyalon kepala desa (kades).
Keduanya mempunyai tim sukses (sabet, Jawa, Red) yang bisa diandalkan untuk menarik simpatisan. Berbagai cara dilakukan meski menyimpang dari aturan.
Di antaranya, melakukan money politik atau politik uang dan penyebaran informasi tidak benar (hoaks) melalui jejaring sosial media.
Merasa saling berebut kebenaran, tim sukses kedua pasangan itu saling beradu mulut hingga memicu perkelahian.
Beruntunglah, tokoh sedulur samin datang melerai ke dua calon dan tim sukses hingga akhirnya bisa didamaikan.
Ketua FK Metra Blora Mei Nariyono mengatakan, bangga. Dan sangat mendukung Blora menjadi tuan rumah pentas kesenian lintas kabupaten.
suarabaru.id/Wahono