BLORA – Dua proyek nasional sedang dan akan dibangun di Blora. Kedua proyek besar tersebut, masing-masing Bendung Randugunting kini proses pembebasan tanah, dan Bendung Gerak Karangnongko, dalam tahap pembahasan.
Bedanya, Bendung Randugunting berlokasi di perbatasan Blora-Rembang, dan Pati. Sedangkan Bendung Gerak Karangnongko, akan dibangun di daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo, perbatasan Jateng-Jatim.
Menurut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, Charisal Akdian Manu, Kamis (4/7/2019) Bendung Karangnongko akan mulai dibangun pada 2020.
Untuk persiapan perencanaan pembangunan bendung gerak, pihaknya bersama staf BBWS Bengawan Solo telah beraudiensi dengan Bupati Blora H. Djoko Nugroho, dan prinsipnya Pemkab Blora mendukung proyek nasional itu.
Dijelaskan, BBWS Bengawan Solo merupakan bagian dari Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), memaparkan rencana proyek di perbatasan Jateng-Jatim tersebut.
Menurutnya, Bendung Gerak Karangnongko sebenarnya sudah digagas sejak 2013, namun tidak kunjung terealisasi. Lantas Presiden Jokowi dan Menteri PUPR minta proyek nasional ini bisa dikerjakan dan selesai sebelum 2024.
“Tindaklanjutnya, kami berkunjung ke Blora untuk koordinasi,” tambah Charisal Akdian Manu.
Proses Lelang
Adapun titik lokasi proyek nantinya dibangun di Sungai Bengawan Solo yang memisahkan Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan (Blora) dengan Desa Ngelo, Kecamatan Margomulyo (Bojonegoro).
Jika proyek raksasa itu terwujud, lanjut Charisal, volume tampungan air akan lebih besar empat kali lipat dari Bendung Gerak Bojonegoro di Kecamatan Trucuk.
Fungsi penting lain, bendung gerak ini dibangun untuk pengendalian banjir dan pengelolaan sumber daya air Sungai Bengawan Solo yang melimpah ketika musim hujan.
Terpenting lagi, nanti dimanfaatkan untuk pasokan air irigasi, dan kebutuhan air baku wilayah DAS Bengawan Solo yang hilirnya cukup luas.
Dengan adanya Bendung Gerak Karangnongko yang di-desaign memiliki sembilan pintu air, nanti bisa mengaliri kebutuhan irigasi untuk lahan seluas 1.747 hektare di sisi kiri sungai atau wilayah Kabupaten Blora.
Sedangkan sisi kanan DAS Benagawan Solo, akan bisa mengairi irigasi seluas 5.203 hektare di wilayah Kabupaten Bojonegoro.
Selain itu juga bisa untuk pemenuhan kebutuhan air baku PDAM, yang mana PDAM Blora bisa mendapatkan kuota air baku sebanyak 2,15 juta meter kubik atau 68 liter perdetik.
“Senin lalu kami sudah bertemu dengan Bupati Bojonegoro, sama seperti Blora, mendukung penuh proyek nasional tersebut,” tambahnya.
Di Kabupaten Blora sendiri, nantinya proyek Bendung Gerak Karangnongko diprediksi akan menimbulkan dampak genangan di empat desa, yakni Ngrawoh, Nginggil, Nglebak dan Megeri.
“Nantinya tentu akan dilakukan beberapa tahapan relokasi, maka perlu langkah penyelesaian lahan genangan bersama-sama,” tandas Charisal Akdian Manu.
BBWS menargetkan pembangunan fisik bisa dimulai 2020 dan rampung pada 2023. Sementara tahun ini (2019), masuk tahapan review detail desain, review kebutuhan anggaran, dan lelang akan dilaksanakan akhir tahun.
Suarabaru.id/Wahono