blank
PEDAGANG: Sejak hari pertama Lebaran Idul Fitri 2019, sejumlah pedagang di lokasi wisata “Taman Rekreasi Pantai Kartini” Rembang, sudah diserbu pengunjung. (Djamal A Gargan)

REMBANG -Pesta lomban kupatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, harus bisa menjadi momentum strategis untuk pengembangan pariwisata. Karena itu, pesta tahunan ini jangan sampai terjadi kesalahan dalam penanganannya.

‘’Momentum yang strategis ini harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya, sehingga bermanfaat buat masyaakat dan daerah,’’ kata Surijanto, pemerhati masalah sosial asal daerah setempat kepada suarabaru.id, Selasa (11/6).

Dia menambahkan, pengunjung yang sudah mulai berdatangan pada perayaan kupatan di lokasi wisata Taman Rekreasi Pantai Kartini (TRPK), harus diberi kepuasan sesuai semboyan “Rembang Bangkit” (Bahagia, Aman, Nyaman, Gotong-royong, Kerja Keras, Iman, dan Taqwa).

Memang, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang melalui dinas terkaitnya pekan lalu telah mengadakan rapat pembentukan kepanitiaan kupatan, sekaligus merencanakan pelaksanaan acara tradisi tahunan tersebut.

Rapat yang dipimpin Sekretaris Daerah (Sekda) Rembang itu juga menyinggung tentang pesta lomban, agar melakukan antisipasi kecelakaan, khususnya kecelakaan laut. Kelaikan dan ketersediaan alat-alat keselamatan penumpang perahu untuk acara lomban, diawasi secara cermat.

Pesta lomban yang bertepatan dengan keramaian syawalan adalah pestanya warga pesisir Rembang, yang biasanya jatuh pada H+7 Lebaran.

Sudah sejak dulu, keramaian massa terpusat di tempat wisata TRPK, tepatnya di Desa Tasik Agung, Kecamatan Rembang Kota atau sebelah timur Kawasan Bahari Terpadu (KBT).

Uniknya, kata Surijanto, setiap acara kupatan selalu bersamaan dengan gawe besar Desa Tasik Agung yang melaksanakan acara sedekah laut. Sehingga pada saat pesta lomban, kondisi jalan protokol di Kota Rembang, termasuk jalan pantura benar-benar ramai. Sebab selain ada kirab sesaji yang akan dilarung ke tengah lautan, juga banyak orang yang berdatangan untuk melihat acara kupatan.

Karena itu panitia kupatan dan pihak terkait lainnya diminta untuk mengantisipasi terjadinya kesemrawutan arus lalu-lintas di Kota Rembang, termasuk kemungkinan terjadinya tindak kejahatan atau masalah lain yang bisa meresahkan masyarakat.

Apa lagi, sejak hari pertama Lebaran Idul Fitri sejumlah pedagang kaki lima sudah membuka usahanya di sejumlah titik dekat TRPK. Sejumlah pedagang lainnya tengah mendirikan tenda/kios di lokasi tempat wisata itu.

Kepala Dinas Perhubungan Rembang, Daenuri mengatakan, selama berlangsungnya acara kupatan seluruh kendaraan kecil dialihkan ke jalan alternatif. Sementara kendaraan berat tetap dilewatkan jalan pantura.

‘’Selama kupatan, arus lalu lintas kami dipecah, sehingga tidak terpusat pada satu jalur saja. Langkah ini untuk mengurangi kemacetan di jalur pantura, khususnya di sekitar lokasi kupatan,’’ katanya.(suarabaru.id/Djamal A Garhan)