Grobogan – Kurang 10 hari lagi, pelaksanaan pemilu akan diselenggarakan serentak di seluruh wilayah Indonesia. Persiapan tidak hanya dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara pemilu. Bawaslu sebagai badan pengawas pemilu juga melakukan persiapan di bidang pengawasan menjelang hari H. Tidak terkecuali di wilayah Kabupaten Grobogan.
Berbagai metode terus dilakukan Bawaslu Grobogan untuk sosialisasi pengawasan partisipatif kepada masyarakat, diantaranya pagelaran budaya yang diselenggarakan di lapangan belakang Pasar Grobogan. Tepatnya di kantor eks Kawedanan Grobogan.
Kegiatan ini dihadiri Kepala Kesbanglinmas Grobogan Daru Wisakti, perwakilan Polres dan Kodim 0717/Purwodadi, Ketua Bawaslu Fitria Nita Witanti beserta jajarannya, perwakilan tokoh masyarakat serta warga sekitar. Tampak jajaran Bawaslu menyambut tamu undangan dan masyarakat dengan berbalut busana daerah.
Sebelumnya, kegiatan ini dimulai dengan deklarasi pemilu bermartabat yang dilanjutkan dengan penyerahan buku dari Ketua Bawaslu Fitria Nita Witanti kepada Kepala Kesbanglinmas Daru Wisakti. Suasana semakin meriah ketika bunyi-bunyian gamelan terdengar menandai dimulainya pagelaran ketoprak dengan lakon Raden Wijaya Ng-Ratu.
Para pemain ketoprak ini berasal dari sanggar budaya Purwo Budoyo. Dalam alur ceritanya, dikisahkan Raden Wijaya yang ingin merebut kembali takhta kerajaan Kediri yang saat itu dipimpin Jayakatwang. Setelah menang, ia meminta lahan hutan yang dipergunakan untuk wisata perburuan. Di sanalah, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit.
Suasana semakin meriah ketika Raden Wijaya berhasil mengalahkan Jayakatwang. Meski alur cerita ini mengambil dari cerita aslinya namun dibumbui dengan humor yang berhasil mengocok perut para penonton.
Ketua Bawaslu Grobogan Fitria Nita Witanti mengatakan, tujuan diadakannya gelar budaya ini untuk memberikan sosialisasi pengawasan partisipatif kepada masyarakat Kabupaten Grobogan. Pihaknya mengapresiasi masyarakat yang datang berperan mengawasi masa-masa menjelang penyelenggaraan Pemilu.
“Memilih tempat di sini karena kami ingin sekalian mengedukasi masyarakat bahwa kita bersama-sama melakukan napak tilas boyong grobog. Di samping itu, gelar budaya ini dipergunakan sebagai metode dari Bawaslu untuk menyosialisasikan masyarakat supaya ikut mengawasi pemilu jika ditemukan dugaan pelanggaran di masa menjelang pemilu yang pelaksanaannya tidak lama lagi,” ungkap Fitria, sapaan akrabnya.
Fitria berharap, pelaksanaan pemilu ini nantinya dapat berjalan aman dan kondusif serta minim dugaan pelanggaran.
suarabaru.id/Hana Eswe