PURWOKERTO – Kemampuan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto berturut-turut merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di atas target yang dibebankan setiap tahun, sangat menggembirakan Komisi C DPRD Jateng.
Ketua Komisi C DPRD Jateng Asfirla Harisanto mengatakan, dalam lima tahun terakhir misalnya, realisasi PAD berkisar antara 106%-121% dari target. “Kami sangat mengapresiasi hal itu, tahun lalu (2018) saja realisasinya Rp 378,19 miliar. Itu 110 persen dari target,” katanya saat memimpin kunjungan kerja Komisinya ke RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Senin (18/3/2019).
Lebih lanjut Bogi, sapaan akrab politisi PDI Perjuangan itu menjelaskan, rumah sakit milik Pemprov Jateng yang satu itu memiliki pelayanan unggulan di bidang bedah saraf, penanganan penyakit jantung dan penurunan kematian ibu dan bayi. “Sehingga bagi masyarakat di bagian Selatan Jateng tidak perlu lagi ke rumah sakit Sardjito (Yogyakarta) atau Kariadi (Semarang) lagi, karena untuk bedah saraf maupun penyakit jantung, cukup ke RSUD Prof Dr Margono yang juga didukung peralatan medis yang canggih,” ujarnya.
Senada, anggota Komisi C Mustholih menyarankan, agar ditingkatkan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya tentang kemampuan RSUD Prof Dr Margono ini dalam penanganan khususnya penyakit jantung maupun bedah saraf. “Supaya masyarakat tidak perlu lagi bersusah payah ke luar Purwokerto untuk berobat. Karena sampai hari ini masih ada yang belum tahu hal itu,” jelas politisi Partai Amanat Nasional itu.
Diakui oleh dr. Haryadi Ibnu Junaedi, Direktur RSUD Prof Dr Margono Purwokerto, dalam lima tahun terakhir ini pihaknya memang berhasil merealisasikan PAD melampaui target yang ditetapkan. Yakni sebesar 121% atau Rp 263,04 miliar (2014); 110% atau Rp 277,37 miliar (2015); 106% atau Rp 308,43 miliar (2016); 109% atau Rp 321,88 miliar (2017) dan terakhir tahun 2018 lalu 110% (Rp 378,19 miliar).
Adapun strategi yang ditempuh untuk mencapai target pendapatan, tambahnya, antara lain dengan mengoptimalkan sistem teknologi informasi yang memudahkan sekaligus mengikat pasien untuk tidak mudah pindah ke rumah sakit lain. “Misalkan untuk kapan kontrol, kita bisa kasih informasi detil harinya kapan jam berapa harus datang dan dipastikan tidak perlu mengantri lama,” jelasnya.
Lainnya dengan memenuhi peralatan kedokteran yang modern nan canggih untuk mendukung pelayanan sub spesialistik. “Juga dalam rekrutmen dokter dengan program monoloyalitas. Ini mengingat ketokohan seorang dokter itu ternyata bagus bagi pasien. Bahkan banyak pasien merasa nyaman dengan dokter tertentu. Tidak jarang pasien merasa sehat setelah ketemu dokternya,” ujarnya.
Suarabaru.id/sl