WONOGIRI – Diduga api tungku yang tidak sempurna pemadamannya, menjadikan rumah penggorengan krupuk rambak milik Tarmin (70) di Dusun Tlogorejo RT 2/RW 1, Desa Pare, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, ludes terbakar. Api berkobar Rabu sore (5/9) dan sulit dipadamkan, karena terkendala di lokasi tidak tersedia air. Tidak ada korban jiwa dalam musibah amukan jago merah ini, sebab Tarmin dan anggota keluarganya dapat menyelamatkan diri.
Informasi yang dihimpun dari lokasi kebakaran, menyebutkan, sehari-hari Tarmin bersama keluarganya memproduksi krupuk rambak. Tempat penggorengannya berada di rumah dapur. Tetangga korban, Teguh Sulardi (63) dan Sunarno (58), menyatakan, begitu mengetahui rumah penggorengan krupuk rambak itu terbakar, segera memberitahukannya ke Tarmin dan keluarganya. Keduanya juga berteriak-teriak ”Kobongan,kobongan, omah kobong….” untuk mengundang bantuan dari para warga sekitar.
Tapi upaya pemadaman yang dilakukan warga, terkendala karena di lokasi tidak tersedia air. Langkah pemadaman yang dilakukan, terbatas dengan cara tradisional, dan melokalisasi kobaran api, agar tidak merembet membakar ke rumah induk, maupun ke perumahan para tetangga di sekitarnya. Kebakaran rumah penggorengan krupuk rambak ini, oleh pamong desa segera dilaporkan ke Polsek Selogiri. Aparat Polsek segera datang memberikan bantuan dan mengontak mobil Damkar untuk datang melakukan pemadaman. Ikut membantu pemadaman, personel dari Koramil bersama para tokoh masyarakat.
Kapolres Wonogiri AKBP Robertho Pardede dan Kapolsek Selogiri AKP Sentot Ambar Wibowo, melalui Kasubag Humas Polres AKP Hariyanto, menyatakan, untuk mempercepat pemadaman, didatangkan mobil pemadam kebakaran (Damkar) dari Pemkab Wonogiri. Pemicu kebakaran masih dalam penyelidikan petugas. Ada dugaan, api kebakaran rumah penggorengan krupuk rambak ini, dipicu dari api tungku yang merembet ke tandon ‘tari graji’ atau serbuk limbah penggergajian dan merembet membakar stok kayu bakar serta berkobar memusnahkan rumah penggorengan beserta seluruh perabot yang ada di dalamnya.
Tarmin dan keluarganya, sehari-hari memproduksi krupuk rambak goreng, sebagai usaha industri rumah tangga dan sumber nafkah. Untuk melakukan penggorengan, dan menghemat biaya produksi, dia menggunakan tungku tradisional berbahan bakar dari sekam, tai graji, dan kayu bakar. Sore itu, setelah seharian melakukan penggorengan, Tarmin berusaha istirahat. Namun, nampaknya, dalam mematikan api di tungku penggorengan tidak sempurna padam. Sehingga ketika ditinggal pergi, api merembet membakar tandon ‘tai graji’ dan kayu bakar di dekat tungku, yang akhinya memicu terjadinya kebakaran. Rumah penggorengan yang terbangun dari kerangka kayu dan dinding dari anyaman bambu, begitu mudah dimusnahkan oleh kobaran api. Amukan api ketika terlanjur berkobar, sulit dikendalikan karena ada tiupan angin kencang musim kemarau.(suarabaru.id/bp)