MAGELANG- Berbagai kelompok kesenian yang tergabung dalam Forum Komunitas Senibudaya Magelang (FKSM) menjadikan Pasar Rejowinangun Kota Magelang sebagai ‘panggung’ penampilan kesenian pada puncak Festival Pasar Rakyat 2018, kemarin.
‘’Acara ini digelar tanpa ‘setting’. Pedagang dan pengunjung pasar tetap beraktivitas seperti biasa. Ini memberi suasana di pasar tradisional makin hidup,’’ kata Ketua Umum Panitia Festival Pasar Rakyat 2018 yang juga Koordinator FKSM, Andritopo Senjoyo.
Dia menerangkan, pada kegiatan kesenian ini pasar terbesar di Kota Magelang itu sebagai panggung. Para seniman dan berbagai komunitas peserta festival berbaur di tengah aktivitas sehari-hari Pasar Rejowinangun.
Pada festival yang didukung Yayasan Danamon Peduli dan Pemkot Magelang itu, terlibat sekitar 65 komunitas seni dari berbagai lintas sektoral dengan total 1.000 seniman selama pergelaran mulai 22 Juli 2018.
Acara itu dihadiri antara lain Kepala Subdirektorat Pengelolaan Sarana Distribusi Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan M. Anwar Achmad, Ketua Dewan Pembina Yayasan Danamon Peduli Bayu Krisnamurthi, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemkot Magelang Sri Retno Murtiningsih, dan Ketua Umum Yayasan Danamon Peduli Restu Pratiwi.
Pasar Rejowinangun Kota Magelang pernah terbakar pada pertengahan 2008, dan dibangun kembali serta diresmikan pada awal 2014 itu. Pada 2017 Pasar Rejowinangun mendapat Anugerah Pancawara sebagai pasar terbaik nasional.
Kegiatan rangkaian festival selama 1,5 bulan itu antara lain dilaksanakan bersih sungai di dekat pasar itu, ruwat pasar, melukis mural di pasar, pameran fotografi di area kuliner pasar, dan performa seni di berbagai lorong pasar, seperti pentas tari, pembacaan puisi dan guritan, performa gerak, pentas musik, pentas pantomim, teatrikal dan tur pasar.
Beberapa tempat di pasar itu juga dibuat instalasi seni, termasuk berupa pasar apung di sungai dekat Pasar Rejowinangun.
Kepala Subdirektorat Pengelolaan Sarana Distribusi Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan M Anwar Achmad menjelaskan, berbagai program revitalisasi pasar tradisional yang bukan sekadar bangunan fisik akan tetapi juga nonfisik. Sperti pemberdayaan pedagang pasar rakyat, aktivitas pasar dan sekolah pasar.
Dia menerangkan pentingnya membangun pasar yang bersih dan nyaman untuk beraktivitas sehari-hari masyarakat.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Danamon Peduli Bayu Krisnamurthi mengatakan, pasar rakyat bukan sekadar tempat berjualan barang, tetapi juga tempat berkembang interaksi sosial masyarakat.
Menurutnya, pasar rakyat sebagai simbol peradaban, terutama karena terjadi interaksi sosial yang intensif. ‘’Festival Pasar Rakyat ini mengingatkan kembali tentang kearifan lokal budaya yang mengajarkan kita tentang kehidupan,’’ ujarnya.
Pada acara itu dia mengemukakan pentingnya Festival Pasar Rakyat di Pasar Rejowinangun Kota Magelang itu sebagai agenda berkelanjutan pada tahun-tahun mendatang.
‘’Apalagi di sini, Festival Pasar Rakyat dilakukan oleh komunitas,’’ tuturnya,’’ ungkapnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemkot Magelang Sri Retno Murtiningsih mengharapkan, festival tersebut memberi daya hidup atas aktivitas sehari-hari Pasar Rejowinangun pada masa mendatang. Selain itu, juga memberi manfaat dan berkah kepada penghuni pasar dan masyarakat Kota Magelang. (Suarabaru.id/dh)