MAGELANG (SUARABARU.ID) – Drama Korea (Drakor) mempunyai dampak positif dan negative ketika sudah menjadi pecandu. Di satu sisi drakor adalah bagian dari hiburan yang menjadi kebutuhan hidup seseorang, maka sejatinya itu baik dan positif.
Di sisi lain akan berpotensi menimbulkan dampak negatif, apabila sudah sampai pada level pecandu, yang khirnya dapat melupakan peran-peran dan tanggungjawab masing-masing.
Contohnya, ketika seorang perempuan yang telah berstatus sebagai ibu rumah tangga. Ketika sudah pada level pecandu, maka peran-peran sebagai ibu dapat terlupakan.
Hal itu disampaikan Psikolog Rumah Sakit Jiwa Soerojo Kota Magelang Swastika Wulan Pahlevi di depan diskusi dengan tema Hobi Drama Korea (Drakor) dalam Perspektif Kejiwaan.
Kegiatan itu diselenggarakan Pimpinan Daerah (PD) Nasyiatul ‘Aisyiyah Kota Magelang, kemarin.
Swastika menerangkan, selain ibu rumah tangga, kelompok usia remaja juga sangat berpotensi terkena pengaruh negatif terkait demam tontonan drakor ini.
‘’Kecanduan yang dialami oleh seseorang dalam jangka panjang akan merusak kondisi kejiwaaanya. Karena itu, yang dibutuhkan adalah pengendalian diri serta kemampuan mengambil nilai – nilai positif dari setiap tayangan hiburan yang ada,’’ ungkapnya.
Ketua Pimpinan Daerah (PD) Nasyiatul Aisyiah Kota Magelang Eko Kurniasih Pratiwi melalui rilis kemarin mebuturkan, banyak pilihan hiburan saat ini yang bisa dinikmati. Kemajuan teknologi berdampak pada semakin mudahnya akses bagi masyarakat untuk menikmati setiap hiburan yang tersedia.
Kemudahan akses tersebut hendaknya jangan sampai menjadikan masyarakat tidak mampu melakukan kontrol waktu dalam menikmati hiburan tersebut.
Menurutnya, dalam batas-batas tertentu, hiburan dibutuhkan untuk melepaskan ketegangan emosi dan pikiran setelah seharian bekerja dan beraktifitas. Sesudah itu mampu mendapatkan semangat dan spirit baru yang positif dalam melakukan aktivitas berikutnya.
Perempuan yang akrab disapa Tiwi ini mengharapkan, masyarakat diharapkan mampu menghindari perilaku yang mengarah pada kecanduan ketika menikmati hiburan. Karena bisa berdampak pada kondisi yang membuat seseorang kehilangan kontrol.
Tiwi menambahkan,sebagai organisasi otonom (Ortom) Muhammadiyah yang memiliki anggota remaja puteri, Nasyiatul ‘Aisyiyah selalu berupaya membuat program dan kegiatan positif yang mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Khususnya bagi kelompok remaja puteri dalam rangka melakukan pemberdayaan di masyarakat. Selama ini sudah ada program Pelayanan Remaja Sehat (Pashmina), pelatihan keorganisasian dan juga diskusi serta kajian yang mengangkat tema – tema aktual. (Doddy Ardjono)