blank
Sebuah televisi LED disiapkan keluarga Anastasia jelang ibadah kamis putih melalui streaming di rumah mereka. Foto : Hana eswe.

GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Pandemi global covid-19 juga berdampak pada ibadah misa dan kebaktian Kamis Putih. Peringatan menjelang wafatnya Yesus Kristus ini terasa khidmat di rumah masing-masing jemaat.

Handoko, umat Katolik di Purwodadi, bersama keluarganya melakukan misa Kamis Putih dengan panduan live streaming dari Gereja Katedral Semarang. Mereka mengikuti ibadah dengan mendengarkan homili yang diberikan Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko yang memimpin ibadat tesebut.

blank
Keluarga Handoko mengikuti misa Kamis Putih dengan panduan ibadah dari Uskup Agung Semarang, Mgr Robertus Rubiyatmoko dari Gereja Katedral melalui live streaming. Foto : hana eswe.

“Adanya wabah covid-19 ini, apa boleh buat. Kita harus tetap melakukan ibadah Kamis Putih meski hanya lewat panduan dari Gereja Katedral yang disiarkan live di Youtube,” ujar pria yang berprofesi sebagai fotografer senior ini.

Dalam ibadah tersebut, keluarga Handoko juga menata meja menyerupai altar selayaknya di gereja. Sebuah salib dan dua buah lilin yang dinyalakan tidak mengurangi rasa khidmat dalam ibadah Kamis Putih ini.

Tetap Bersyukur

Hal yang sama diungkapkan Anastasia Kenik Widyawati. Perempuan yang bekerja sebagai staf bidang tata kota Dinas Lingkungan Hidup Grobogan ini juga mengikuti Misa Kamis Putih bersama suami dan ayah kandungnya di rumah.

blank
Anastasia K Widyawati, bersyukur pandemi global covid-19 membuat ia bisa mengikuti Tri Hari Suci bersama keluarganya. Foto : Hana Eswe/dok.

Sejam sebelum ibadah live streaming dimulai, Tasya, sapaan akrabnya, menata televisi LED yang ditempatkan di ruang keluarga. Kemudian, ia menyambungkan kabel agar TV tersebut terkoneksi dengan internet.

Tak hanya itu saja, lulusan Fakultas Teknik Arsitektur Unika Sugijapranata ini juga menata dua buah lilin dan satu kayu salib di depan TV tersebut. Seolah-olah mereka beribadah di dalam gereja.

Dirinya mengakui ada perbedaan saat beribadah di gereja dengan di rumah. Jika di gereja, ia merasakan langsung ibadah bersama para umat lainnya, namun wabah covid-19 membuat gereja harus mengikuti anjuran pemerintah untuk menghindari kerumunan sementara waktu.

“Memang terasa berbeda, namun saya tetap mensyukurinya. Saya percaya, berdoa dan beribadah itu bisa dilakukan dimana saja. Dan, ada hikmah tersendiri karena adanya covid-19 ini. Dulu kalau mau paskahan, kita lakukan sendiri-sendiri. Suami saya di kapal, ayah di rumah, saya kadang ada kesibukan kerja. Saat ini, kebetulan suami libur, jadi kita semua bisa kumpul bersama,” pungkas dia.

Hana Eswe-trs

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini