SEMARANG – Dosen Prodi Kebidanan Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Hanifatur Rosyidah dan Noveri Aisyaroh, memperoleh hibah internasional dari World Alliance for Breastfeeding Action (WABA).
Mereka mengimplementasikannya dalam bentuk pengabdian pada masyarakat yang dilaksanakan di PT Marimas Semarang selama dua bulan Agustus-September 2018. Kegiatan mengangkat tema ‘’breastfeeding friendly factory (BFF)’’ atau perusahaan ramah ASI
Dasar dari kegiatan tersebut adalah tingginya angka morbiditas dan mortalitas bayi di Indonesia yang disebabkan karena bayi tidak mendapatkan nutrisi yang sesuai dengan usianya.
Sesuai dengan standar emas makanan bayi menurut WHO, bayi usia 0-6 bulan cukup diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan apapun, yang disebut dengan ASI eksklusif.
Namun pada kenyataannya, cakupan ASI eksklusif di Indonesia masih rendah, yakni 49,8%. Salah satu faktor penyebabnya adalah status ibu yang bekerja di luar rumah.
Menurut penelitian, ibu yang bekerja di luar rumah mempunyai risiko dua kali lipat untuk tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
Hal tersebut dapat dihindari jika perusahaan atau tempat kerja memberikan dukungan dengan memberikan waktu dan ruang untuk memerah atau memompa ASI.
Menurut Hanifatur Rosyidah, ketua dalam kegiatan ini menegaskan mewujudkan perusahaan ramah ASI merupakan win-win solution, atau solusi yang dapat saling menguntungkan, karena dapat meningkatkan loyalitas pegawai terhadap perusahaan dan memberikan nutrisi terbaik untuk bayi sehingga tidak mudah sakit.
“Pada dasarnya Allah telah memberikan anugerah ASI yang dimiliki oleh semua ibu setelah melahirkan. Nutrisi yang terkandung dalam ASI sudah sesuai kebutuhan bayi, sehingga bayi kurang dari 6 bulan tidak membutuhkan makanan ataupun minuman tambahan,” ungkap Hani.
Kegiatan ini diawali dengan melakukan advokasi kepada perusahaan mengenai pentingnya ASI eksklusif, serta peran perusahaan dalam mendukung pemberian ASI secara eksklusif.
Pelatihan
Selanjutnya, tim membentuk dan memberikan pelatihan kepada beberapa karyawan atau buruh untuk menjadi kader kesehatan yang juga bertugas sebagai konselor laktasi di PT Marimas.
Dalam mendukung peran sebagai konselor laktasi, kader dibekali dengan media edukasi, berupa flipchart dan konseling kit. Untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman buruh, diberikanlah promosi kesehatan mengenai pentingnya pemberian ASI secara eksklusif serta bagaimana menjadi ibu yang sukses dalam memberikan ASI eksklusif meskipun bekerja.
Dalam pelaksanaan kegiatan juga melibatkan Puskesmas Purwoyoso yang merupakan kepanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang supaya kegiatan ini dapat berlanjut dan dapat dijadikan percontohan untuk perusahaan lain.
Dosen Kebidanan Unissula melibatkan semua sektor karena keberhasilan tujuan lingkungan kerja ramah laktasi harus didukung oleh semua pihak.
Sesuai dengan Permenkes No. 15 tahun 2013, pengurus tempat kerja harus mendukung program ASI eksklusif melalui penyediaan fasilitas, pemberian kesempatan, adanya aturan internal dan penyediaan tenaga terlatih.
Upaya penyediaan tenaga terlatih yaitu dengan memberikan pelatihan pada beberapa pekerja yang dilatih untuk menjadi konselor yang nantinya memotivasi pekerja lainnya untuk dapat memberikan ASI eksklusif dan diteruskan sampai 2 tahun selama bekerja.
Kegiatan yang telah direncanakan terselesaikan dengan baik dibantu oleh Noveri Aisyaroh yang merupakan anggota dan juga konselor laktasi.(SuaraBaru.id)