JEPARA (SUARABARU.ID) – Sejak Januari hingga awal Maret 2020 di Jepara tercatat 119 orang terserang penyakit demam berdarah. Mereka dirawat di di berbagai rumah sakit dan puskesmas yang ada di Jepara. Dari jumlah tersebut 1 orang dilaporkan meninggal dunia.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, Mudrikatun S.SIT, SKM, M.Kes, M.H. kepada awak media Rabu (11/3/2020) di kantornya.
“Walaupun telah menurun, masyarakat diminta tetap waspada. Sebab DB masih mengintai kita. Karena itu jika ada pasien yang masuk Puskesmas atau Rumah sakit dan suspek DBD, petugas kesehatan akan langsung turun ke lapangan untuk melakukan penelitian ,” ujar Mudrikatun yang akrab di panggil Ika.
Dijelaskan pula, sebaran kasus tersebut, terbanyak berada di Kecamatan Kedung. Selain itu, juga tersebar di Kecamatan Tahunan, Jepara dan Batealit.
“Daerah-daerah endemis ini menjadi perhatian kita. Pola perilaku masyarakat harus dirubah agar dapat menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungannya,” katanya.
Menurut Ika, walaupun disejumlah desa telah mulai dilakukan fogging atau penyemprotan namun harus juga dilakukan penyelidikan epidemiologi atau pelacakan penderita dan pemeriksaan jentik nyamuk.
“Dengan demikian dapat diketahyui sumber nyamuk penyebab demam berdarah,” tambahnya.
Dijelaskan, dalam rangka pencegahan dan pemberantasan DB sebenarnya yang paling efektif adalah melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), di seluruh wilayah.
“Kami sudah melayangkan surat edaran ke desa-desa untuk melakukan geraran ini. Bahkan sudah kita mulai bulan Juni lalu, kemudian Agustus kami kirim edaran lagi. Kami harapkan PSN ini tidak menunggu musim hujan saja, tapi menjadi budaya bersama,” ujar Kepala DKK Jepara.
Ia juga minta kepada para kepada kader kesehatan untuk melakukan gerakan nyata di tengah-tengah masyarakat.” Jangan hanya berhenti pada sosialisasi tetapi harus disertai aksi atau tindakan nyata. Jumat bersih di desa juga harus digiatkan lagi, tanpa menunggu penyakit datang.” tegasnya
Hadi Priyanto