SEMARANG-Masa remaja adalah fase transisi dari anak-anak ke dewasa. Masa-masa ini dapat menjadi awal penentuan identitas diri seseorang, yang dapat menuntunmenuju jalan kebaikan atau jalan yang salah. Tak sedikit remaja yang terjerumus, mengalami kenakalan karenapergaulan yang salah, kurangpemahaman terhadap agama, kurang dekat dengan guru, bisa pula lantaran orang tua kurang memperhatikan tumbuh kembang anaknya.
Berbagai contoh kenakalan itu, diantaranya adalah merokok, tawuran antarsiswa, mabuk-mabukan, bahkan penggunaan narkotika.
Permasalahan yang sering dialami remaja adalah kesulitan untuk mengatakan tidak pada ajakan-ajakan yang menuju kejelekan. Contoh dari banyaknya ajakan yang bersifat negatif, misalnya, kalau cowok tidak merokok dianggap tidak jantan. Contoh lain,sulitnya menolak ajakan tawuran karena takut dianggap tidak setia kawan. Demikian juga ajakan seks di luar nikah yang menganggap tidak gaul jika tidak melakukannya.
Hal ini sangat perlu dilatih dengan komunikasi asertif, yaitu komunikasi yang jujur, jelas, dan tegas mengenai keputusan kita dengan menyampaikan perasaan, pikiran, dan alasan kita menolak atau menerima sebuah ajakan atau permintaan disertai dengan bahasa tubuh yang mendukung keputusan yang kita sampaikan. Pertama-tama, remaja dilatih untuk bisa melakukan komunikasi asertif terlebih dahulu agar bisa menolak secara tegas dan terbuka terhadap ajakan yang tidak baik.
Pada masa remaja, khususnya SMP ketika remaja putri pertama kali mengalami menstruasi, dan remaja putra pertama kali mengalami mimpi basah, banyak yang malu untuk berkonsultasi dengan orang tua karena dianggap tabu, dan mereka cenderung memilih berkonsultasi dengan teman. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan reproduksi remaja diberikan dengan membentuk peer educator melalui metode tasawuf, yaitu pengosongan diri dari hal-hal buruk dan mengisinya dengan hal-hal baik,yakni makin mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Mengapa lebih memilih peer educator? Karena para remaja lebih percaya dan merasa tidak malu jika bercerita dengan teman sebayanya dibandingkan dengan konsultasi dengan para orang tua maupun guru.
Peer educator dibentuk dengan mendidik teman sebaya yang seumuran para remaja, yakni memberi bekal-bekal materi kesehatan reproduksi remaja meliputi apa saja perubahan fisik primer dan sekunder yang dialami remaja. Perubahan fisik primer pada wanita diantaranya adalah menstruasi, sedangkan perubahan fisik sekunder pada wanita adalah payudara yang tumbuh membesar, kulit yang semakin halus, dan sering tumbuh jerawat. Sedangkan perubahan fisik primer pada pria adalah mimpi basah, dan perubahan fisik sekunder diantaranya tumbuhjakun, suara menjadi berat, dsb.
Selain itu, penyuluhan untuk pada remaja tersebut diantaranya pencegahan dan penanggulangan anemia, dengan pemeriksaan Hb pada remaja putri, penyuluhan tentang perilaku bersih dan sehat (PHBS), pembentukan dan pelatihan petugas UKS. Materi disampaikan berkombinasi dengan nilai-nilai keislaman, misalnys bagaimana cara dan niat mandi besar, amalan-amalan apa saja yang bisa dilakukan ketika sedang menstruasi, adab pergaulan, dan adab berkomunikasi dengan sesama.
Contoh-Contoh Sederhana
Contoh sederhana dalam penyuluhan PHBS pada remaja adalah mengajarkan bagaimana cara mencuci tangan enam langkah dengan sabun dan air mengalir. Pentingnya pembiasaan diri untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan ketika berada di kantin sekolah, pembiasaan cuci tangan sesudah keluar dari kamar mandi di sekolah, dan budaya membiasakan toilet dalam keadaan bersih, memisahkan antara toilet laki-laki dan toilet perempuan. Faktanya, masih banyak toilet di sekolah yang kotor karena para siswa malas untuk menyiram setelah selesai buang air kecil maupun buang air besar.
Mengapa metode tasawuf penting?
Metode tasawuf diperlukan untuk memberi nuansa baru dalam diri remaja agar menemukan jati diri, bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, maka isilah dengan hal-hal kebaikan sebagai wujud cinta dan ibadah kita kepada Allah SWT. Metode dalam bertasawuf diantaranya takhalli (pengosongan diri terhadap sifat-safat tercela), tahalli (menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji), dan tajalli (tersingkapnya tabir).
Menurut penulis, metode tasawuf merupakan angin segar dalam dunia pendidikan remaja, karena dengan menyentuh sisi-sisi batiniah mereka maka penyampaian tujuan untuk mengurangi kenakalan akan lebih mengena. Ketika hati sudah tersentuh keimanan kepada Allah, maka perbuatan akan mengikuti, sehingga diharapkan kenakalan-kenakalan akibat gejolak remaja dalam mencari jati dirimasih tinggi akan dilandasi nilai-nilai keimanan dan cinta kepada Allah SWT.
Sejumlah contoh testimoni bisa disimak dari SMP Islam Nudia Semarang, dan SMP Kesatrian 2 Semarang. Seperti yang disampaikan oleh M Joedi Fathony, Kepala Sekolah SMP Kesatrian 2 Semarang, “Kegiatan ini sangat positif, disamping meningkatkan kesehatan reproduksi remaja lewat berbagai penyuluhan kesehatan reproduksi, pemeriksaan kadar Hb untuk mendeteksi anemia pada remaja putri, penyuluhan PHBS, dan pelatihan peer educator yang sekaligus menjadi petugas UKS, pendekatan tasawuf ini membuat kami para guru tergugah bahwa pendekatan dari sisi kesehatan dan agama ternyata lebih mudah diterapkan dan dipahami siswa dibandingkan hanya teori melalui buku”.
Guru BK di SMP Islam Nudia, Juju mengatakan, metode tasawuf ini bisa mengurangi kenakalan remaja di sekolahnya. Bahkan yang menarik, siswa yang tadinya paling nakal bisa tersentuh dan menangis tersedu-sedu menyadari kesalahannya dan bertekad memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih baik. Para remaja yang telah dilatih menjadi peer educator sangat antusiasmenjadi petugas UKS, yang sebelumnya hanya ditangani oleh para guru”.(suarabaru.id/Sri Wahyuni, MKeb, dosen Kebidanan FK Unissula)