blank
Suhartono dan karya relief 'Perang Jawa' miliknya.

JEPARA (SARABARU.ID)- Sebuah relief dengan tema ‘Perang Jawa’ dipamerkan dalam perhelatan Jepara International Buyer Weeks (JIFBW) di Gedung Wanita Jepara.

Ukiran khas seniman Jepara yang halus, detil, dan mewah tampak terlihat dari pahatan yang jika diamati dengan teliti akan membuat siapa saja terkagum-kagum.

Berlatar belakang Perang Jawa, atau Perang Diponegoro yang berlangsung pada 1825-1830, Suhartono, si empunya ukir, mampu menuangkan ide Perang Jawa dalam pikirannya. Meskipun ukiran tersebut terlihat sangat njlimet.

Ditemui suarabaru.id di stand mliknya, Rabu (12/3/2025) pria 56 tahun ini mengaku menyelesaikan ukiran Perang Diponegoro atau Perang Jawa dalam waktu empat bulan lebih.

“Sebenarnya relief Perang Jawa ini adalah crown atau mahkota untuk sangkar burung”, ucap Hartono.

“Awalnya saya membaca cerita Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro saat melawan VOC Belanda. Di situlah saya tertarik untuk menuangkan dalam bentuk ukiran.

Lebih lanjut, menurut pria asal Kelurahan Dema’an, Gang Muara, Kecamatan Jepara ini, relief Perang Jawa ini dari kayu utuh atau orang Jepara sering menyebutnya dengan dangkel kayu Jati.

Pria yang sehari-hari membuat sangkar burung ini mengaku sering didatangi pembeli dari luar kota, bahkan dari China.

“Banyak pengunjung yang langsung datang ke rumah saya di Demaan. Ada gudang kecil untuk produksi. Beberapa yang pernah membeli sangkar burung dari saya berasal dari Bali, Bandung, Lombok, bahkan China”, ungkap Hartono.

Disinggung berapa harga sangkar burung dengan tema Perang Jawa, Suhartono membanderol dengan harga 75 juta.

“Khsusus Perang Jawa saya banderol 75 juta, meskipun produk saya ada yang harga 500ribu, 1 juta. Khusus ini (relief Perang Jawa) memang saya banderol tinggi karena itu masterpiiece”, terangnya.

“Masih ada satu karya lagi yang belum saya keluarkan, yaitu relief dengan tema Taman Laut”, pungkas Hartono.

ua