blank
Penjual kopi keliling (Foto: RRI/Fatmawati).

Oleh: Rujono

JEPARA (SUARABARU.ID)- Fenomena kopi keliling muncul sebagai respon terhadap gaya hidup yang semakin dinamis dan kebutuhan masyarakat akan kopi yang mudah diakses.

Trend ini mencerminkan perubahan dalam cara orang menikmati kopi, tidak lagi hanya di kedai atau rumah, tetapi juga di mana saja mereka berada.

Selain itu, model bisnis ini lebih fleksibel dan bisa menyesuaikan dengan permintaan pasar saat ini. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi bahwa ngopi telah menjadi gaya hidup antara lain:

Budaya Nongkrong dan Sosialisasi; Kopi sering dikaitkan dengan interaksi sosial. Banyak orang menjadikan ngopi sebagai alasan untuk bertemu teman, berdiskusi, atau sekadar bersantai di kedai kopi. Kedai kopi sekarang bukan hanya tempat minum kopi, tetapi juga tempat untuk bersosialisasi dan bertukar ide dan gagasan.

Pengaruh Media dan Tren Global; Media sosial memainkan peran besar dalam mempopulerkan budaya ngopi. Foto-foto estetik dari secangkir kopi di Instagram atau ulasan kopi di YouTube dan TikTok membuat kopi lebih dari sekadar minuman, kopi dianggap sebagai simbol gaya hidup modern.

Banyaknya varian Kopi dan Penyajian; Dulu yang dikenal hanya kopi hitam dengan metode tubruk, sekarang ada berbagai metode seduh seperti V60, French Press, dan Aeropress, serta varian seperti espresso, cappuccino, dan latte.

Dukungan dari Industri Kopi yang Berkembang; Industri kopi semakin berkembang, baik dari segi produksi maupun distribusi. Salah satu contoh adalah munculnya specialty coffee dan meningkatnya kesadaran akan kopi lokal.

Dampak Fenomena Kopi Keliling terhadap Petani Kopi Tempur

Dengan maraknya penjual kopi keliling, menyebabkan konsumsi kopi juga meningkat. Meskipun bukan faktor utama tapi adanya tren kopi keliling di lokal Jepara maka kopi lokal juga mengalami peningkatan permintaan, selain itu secara tidak langsung juga membantu mempopulerkan kopi Tempur.

Sejauh ini berdasarkan pengamatan penulis, mereka tidak mengambil langsung dari petani. Tetapi mereka mengambil dari para roastery (penyangrai kopi) terdekat, di sana banyak pilihan dan bisa mengambil banyak varian olahan. Karena di Jepara banyak para roastery yang secara rutin mengambil kopi dari sesama roastery dari Desa Tempur, berupa greenbean.

(Rujono, Pegiat dan Petani Kopi Tempur. Pemilik produk Hilwa Kopi, tinggal di Jepara)