blank
Dua bek sayap Timnas Indonesia, Calvin Verdonk dan Pratama Arhan, merayakan kemenangannya atas Arab Saudi. Foto: dok/pssi

blankOleh: Amir Machmud NS

// betapa, betapa/ dan kita tak henti berbangga/ kepak sayap perkasa/ di kegempitaan suasana…//
(Sajak “Kepak Garuda”, 2024)

KITA bisa! Garuda bisa!

Dan, tim nasional Indonesia benar-benar “mengamuk”, mengalahkan Arab Saudi 2-0 di Stadion Gelora Bung Karno (SGBK) di Jakarta, 19 November lalu.

Asa lolos dari Grup C Zona Asia kualifikasi Piala Dunia 2026 pun kembali bertiup, setelah sempat meredup lantaran kekalahan telak 0-4 dari Jepang di tempat yang sama, empat hari sebelumnya.

Indonesia masih punya sisa empat laga pada 2025. Selain harus menempur Australia dan Jepang di kandang mereka, kita punya dua pertandingan kandang, melawan Bahrain dan Cina, Maret dan Juni 2025.

Dari dua laga kandang itulah secara realistis kita bisa menumpukan harapan meraih angka penuh, ketimbang saat away melawan Australia dan Jepang. Namun, jika performa heroik saat mengalahkan Arab Saudi diketengahkan Jay Idzes dkk, bukan tidak mungkin Tim Merah-Putih bisa menampilkan perlawanan berbeda di kandang lawan.

Konfidensi
Permainan Marselino Ferdinan cs ketika mengalahkan The Green Falcons memang penuh determinasi dan konfidensi. Walaupun dalam ball possession anak-anak asuhan Shin Tae-yong ada di bawah Abdullah Al Hamddan dkk, tetapi mereka lebih efektif dalam mengonversi peluang. Bahkan STY menyatakan, dengan banyaknya peluang yang diciptakan, seharusnya Garuda bisa menang lebih dari dua gol.

Coach STY juga mengetengahkan formasi yang lebih menjanjikan dalam skema taktiknya, walaupun dalam laga berikut nanti dipastikan bakal kehilangan Justin Hubner dan Ragnar Oratmangoen yang terkena akumulasi kartu dari wasit Rustam Luthfullin.

Suasana di Senayan yang menggelora dan mengesankan glorifikasi yang euforiatik, bagaimanapun menjadi kondisi yang bisa dimaklumi.

Pertama, Indonesia baru saja dikecewakan oleh kekalahan dari Jepang. Kalaupun sudah diduga bakal kalah, namun tidak dengan skor akhir yang setelak itu.

Kedua, harapan kita kembali bertiup untuk lolos dari Grup C, apakah sebagai urutan ketiga atau keempat yang berarti lolos ke babak empat kualifikasi.

Ketiga, Jay Idzes dkk menciptakan sejarah mengalahkan Arab Saudi, tim yang sejak 1994 menjadi salah satu langganan lolos ke Piala Dunia. The Green Falcons adalah salah satu kekuatan Asia, dan menjadi “raja” Asia Barat dengan peringkat FIFA tertinggi, 59.

Setidak-tidaknya, tiga faktor itu menguatkan betapa kemenangan atas Fahad Al Muwallad cs kembali menyalakan harapan lolos dari Grup C, dengan cara yang mungkin “minimalis” sebagai urutan keempat seperti target PSSI.

Pertahankan STY
Chant “STY out” dari fans yang “tidak sabaran”, tampaknya harus direvisi untuk menatap pertandingan selanjutnya.

Ketua Umum PSSI Erick Thohir sebelumnya menegaskan akan mengevaluasi tim secara menyeluruh, setelah laga-laga Grup C usai. Statemen itu menyiratkan PSSI siap untuk menyegarkan pelatih.

Tak sedikit pengamat yang mengkritik, semua permintaan coach Shin sudah dipenuhi, terutama dalam kelengkapan materi pemain, namun sebelum kemenangan atas Arab Saudi, tim STY belum memperlihatkan permainan yang “paten” dan “menjanjikan'”.

Kini, sukses di GBK harus dijadikan momentum untuk menyatukan tekad membuat sejarah. Ya sejarah untuk bergerak ke level yang bukan sekadar Asia Tenggara, ya sejarah lolos ke Piala Dunia, juga sejarah bagi STY sendiri menjadi pelatih yang memang memiliki “chemistry” untuk menyatukan potensi para pemain Indonesia dalam budaya disiplin sepak bola.

Untuk sementara, resapi kemenangan Marselino Ferdinan dkk. Kita lupakan dulu rasa pilu tentang “bonyok-bonyok” setiap kali bicara tentang penampilan timnas.

Kita punya harapan. Kita punya impian…

Amir Machmud NS; wartawan suarabaru.id dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah