blank
BRI Peduli dengan program TJSL, membantu sejumlah KTH di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, untuk memperbaiki wilayah hutan yang terdampak akibat pertambangan. Foto: dok/bri

BOGOR (SUARABARU.ID)– Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto mengatakan, program BRI Menanam-Grow & Green, diimplementasikan dalam berbagai aktivitas. Seperti Grow & Green Mangrove, yang merupakan program penanaman mangrove, dan atau cemara laut, sebagai upaya restorasi di daerah pesisir Indonesia.

Kemudian Grow & Green Reforestation, yang merupakan penanaman pohon di lahan-lahan kritis. Utamanya pohon buah atau pohon produktif, yang memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat sekitar, sekaligus pemberdayaan kelompok masyarakat di lokasi penanaman pohon.

Selain itu ada pula Grow & Green Coral Reef, yang merupakan kegiatan transplantasi terumbu karang, guna meningkatkan tutupan terumbu karang, menjaga ekosistem dan biodiversitas laut.

BACA JUGA: Agen BRILink Permudah Akses Perbankan Warga Kabupaten Rejang Bengkulu

Selanjutanya Grow & Green Biodiversity, yang merupakan kegiatan penanaman pohon endemik, sekaligus konservasi satwa yang dilindungi, sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.

”Hal ini menjadi bentuk komitmen BRI dalam mendukung pembangunan dan pertumbuhan kinerja berkelanjutan, yang berbasis Environment, Social and Governance (ESG),” kata Catur dalam keterangan tertulisnya, Selasa (19/11/2024).

Menurut dia, program ini menjadi wadah untuk mewujudkan praktik pembangunan berkelanjutan yang memiliki tujuan untuk melestarikan lingkungan, menyerap karbon, memberdayakan masyarakat dan meningkatan perekonomian,” ungkap dia lagi.

BACA JUGA: Langkah Nyata BRI Menuju Ekonomi Hijau

Hal itulah yang kemudian mendorong Rasman berserta anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Pabangbon, di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, membenahi rusaknya sebagian lahan hutan di kawasan itu, akibat adanya aktivitas tambang warga.

Diakuinya, dulu dirinya merupakan bagian dari penambang. Rasman baru menyadari, ketika alam yang dirawat sejak zaman nenek moyangnya itu, terus mengalami kerusakan akibat aktivitas yang dilakukannya.

Kesadaran itu kemudian membuatnya berhenti, dan berganti mata pencaharian sebagai petani. Dia hanya ingin mengobati hutan yang selama ini telah dirusaknya.

BACA JUGA: BRI Imbau Masyarakat Tak Terkecoh Modus Penipuan Perbankan

”Kami dulu bagian dari penambangan di hutan. Sekarang kami sadar, hutan di wilayah kami semakin rusak, sehingga perlu dikembalikan lagi fungsinya,” imbuh Rasman.

Dan kerja keras lebih dari setahun terakhir ini, mulai membuahkan hasil. Rasman mampu merangkul sejumlah warga, untuk bergabung sebagai kelompok tani hutan. Upaya Rasman merangkul para warga agar melepas aktivitas tambang, cukup berhasil.

Salah satunya, dengan memanfaatkan peluang dari pemerintah melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 4 Tahun 2023, tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial pada Kawasan Hutan dengan Pengelolaan Khusus.

BACA JUGA: Dewan Pers Apresiasi Program BRI Fellowship Journalism 2025

Aturan ini juga semakin diperkuat dengan lahirnya Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2023, tentang Perencanaan Terpadu Percepatan Pengelolaan Perhutanan Sosial.

Melalui Perhutanan Sosial ini, Rasman dan anggota KTH Pabangbon, akhirnya berhasil mendapat kesempatan mengelola 150 hektar lahan. Total kini terdapat 167 orang anggota tergabung dalam KTH.

Ketika semua harapan mulai berjalan, Rasman mengakui, kelompok yang dipimpinnya memiliki keterbatasan pengetahuan, terkait tanaman. Sampai akhirnya mereka bertemu dengan Yayasan Bakau Manfaat Universal (BakauMU) bersama BRI Peduli.

BACA JUGA: Gerak Cepat BRI Peduli Bantu Korban Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi Laki Laki

Melalui kolaborasi dengan BRI Peduli dan Yayasan BakauMU, perlahan KTH Pabangbon semakin bertumbuh dan memiliki kegiatan usaha yang lebih terorganisasi. Kehadiran BRI dan BakauMU tidak hanya memberikan bantuan saja, melainkan juga terjun langsung memberikan edukasi dan pendampingan setiap harinya.

Ketua Yayasan BakauMU, Muhammad Nasir mengungkapkan, penanaman pohon di lahan kritis perlu dilakukan, karena dapat mencegah erosi dan longsor. Selain itu bisa memulihkan kesuburan tanah, meningkatkan penyerapan air, mengurangi emisi karbon dan mengatasi perubahan iklim, serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.

Hutan di Desa Melasari ini merupakan lokasi ke-14 yang sudah dijalankan sejak 2023 lalu, melalui program BRI Menanam-Grow & Green.

BACA JUGA: Kredit UMKM BRI Tembus Rp 1.105,70 Triliun

”Kami memang fokus terhadap pemulihan lahan kritis. Harapannya, bisa membantu memulihkan fungsi dari hutan, dan pada akhirnya mengurangi emisi karbon. Selain itu juga, mengatasi perubahan iklim, serta membantu perekonomian anggota kelompok,” terang Nasir.

BRI Peduli selaku payung dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), telah menginisiasi program ini. Aktivitasnya berupa kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya pemulihan ekosistem, baik di laut maupun di darat.

Riyan