WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Hari ini, Tanggal 7 Nopember 2024, merupakan Hari Wayang Sedunia. Ini berkaitan erat dengan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang pada Tanggal 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai warisan budaya Indonesia.
Penetapan oleh UNESCO, yakni Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini, dilakukan di Paris, Perancis. Indonesia, saat itu diwakili oleh Dalang Kondang Ki Manteb Sudharsana (Alm). Berawal dari hal ini, kemudian ditetapkan Tanggal 7 Nopember sebagai Hari Wayang Dunia.
Sebagaimana diketahui, fokus utama UNESCO adalah mempromosikan kerja sama antarnegara dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Organisasi Internasional ini, memiliki peran penting dalam meningkatkan nilai universal seperti keadilan, hak asasi manusia dan kebebasan hakiki.
Dilansir dari Majalah Jendela Kemdikbud, ada lebih dari 100 jenis wayang yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Wayang-wayang tersebut sudah masuk dalam data Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia, yang tersebar di seluruh Tanah Air.
Berkaitan hal tersebut, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 30 Tahun 2018, tertanggal 17 Desember 2018, pemerintah menetapkan setiap pada Tanggal 7 November memperingati Hari Wayang Nasional (HWN).
HWN Tanggal 7 November tersebut, juga berdasarkan keputusan UNESCO yang menetapkan wayang sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity. Selanjutnya, wayang juga masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO, untuk kategori Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity dengan judul The Wayang Puppet Theater tertanggal 4 November 2008.
Dengan penetapan HWN setiap Tanggal 7 November, diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk meningkatkan apresiasi terhadap wayang, sebagai aset budaya nasional. Sehingga, HWN sekaligus menjadi sarana untuk pembentukan jati diri dan karakter bangsa.
Presiden Soeharto
Berbicara wayang, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, memiliki Museum Wayang Indonesia (MWI). Museum ini, menempati Rumah Joglo Padepokan Pak Bei Tani di Desa Wuryantoro, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri. Yakni bangunan monumental yang dulu pernah menjadi tempat tinggal (masa muda) Presiden RI Kedua, Jenderal Besar Soeharto.
Masa muda Soeharto, ikut Pamannya, Pak Bei Tani Mas Ngabehi (MNg) Prawirowihardjo di Wuryantoro. Salah satu peninggalan legendaris Pak Harto adalah Sumur Drajad. Yaitu sumur gali yang jernih airnya, yang dulu dipakai mandi harian oleh Pak Harto bersama Keluarga Pak Bei Tani Prawirowihardjo.
MWI, didirikan oleh Bupati Wonogiri Kanjeng Pangeran Adipati Arya (KPAA) Sura Agul-agul Begug Poernomosidi. Peresmian museum dilakukan pada Tahun 2004 oleh Presiden RI Megawati Soekarnoputri. Kepemilikan museum diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri, sedangkan pengelolaannya kepada Dinas Pendidikan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Wonogiri.
Dikbud Kabupaten Wonogiri, setiap tahun menggelar aneka ragam lomba yang berkaitan dengan upaya melestarikan wayang. Yakni lomba dalang remaja, lomba menggambar dan menatah wayang kulit, serta ruwatan massal. Kepada masyarakat yang mengikuti ritual Ruwatan Murwakala di MWI, menjalani siram jamas dengan air dari Sumur Drajad.
Lokasi museum berada pada koordinat 7°54’26.8” Lintang Selatan (LS) dan 110°51’55.4” Bujur Timur (BT). Sebagai salah satu destinasi wisata, dii MWI Wuryantoro, Wonogiri, Jateng, menyimpan aneka wayang legendaris dari berbagai daerah Nusantara, diantaranya dari Provinsi Jateng, Jabar dan Bali. Lokasi museum berada di tepi ruas Jalan Raya Wonogiri-Wuryantoro Kilometer (KM) 16.8. Tepatnya di timur Puskesmas Kecamatan Wuryantoro Wonogiri.
Jumlah koleksi wayang bersejarah yang tersimpan di museum tersebut, sekitar 200 wayang. Jenisnya terdiri atas Wayang Kulit Purwa, Wayang Golek, Wayang Bali, Wayang Klitik, Wayang Suket, Wayang Beber,. Juga tersimpan Bakalan Wayang, topeng, dan lukisan wayang Tokoh Semar berukuran 3 × 3 CM buatan Ki Djoko Sutedjo dari Semarang. Lukisan wayang ini, tercatat oleh MURI (Museum Rekor Indonesia), sebagai pemecah rekor terkecil di dunia.(Bambang Pur)