blank
Pjs Bupati Pacitan Budi Sarwoto (berdiri kedua dari kiri membelakangi lensa) ikut hadir dalam acara malam puncak attarmasie yang digelar Perguruan Islam Pondok Tremas.(Prokopim Pacitan)
PACITAN (SUARABARU.ID) – Masih dalam rangkaian peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2024, Selasa malam (22/10/24), Perguruan Islam Pondok Tremas, Arjosari, Kabupaten Pacitan, Jatim, menggelar acara malam puncak Attarmasie Spiritual Exploration Mengakar Mekar Menyebar.

Bagian Prokopim Pemkab Pacitan, mengabarkan, acara yang diikuti ribuan santri Pondok tertua di Kabupaten Pacitan ini, juga dihadiri para masyayikh. Turut hadir pula, Pjs Bupati Pacitan, Budi Sarwoto, bersama Dandim 0801 Pacitan, Danlanal Pacitan serta Sekda Pacitan.

Malam puncak Hari Santri Nasional Tahun 2024 di Perguruan Islam Pondok Tremas, diisi dengan tahlil maulid dan mahalul qiyam. Juga ditampilkan berbagai sajian kesenian dari para santri, serta orasi dari KH Luqman Haris Dimyati.

Pekan Orientasi Santri Attarmasie ini, merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan pada awal tahun pembelajaran. Dikhususkan untuk para santriwan ataupun santriwati baru di Perguruan Islam Pondok Tremas, Pacitan. Kegiatan ini, bertujuan untuk memperkenalkan adat istiadat, sejarah dan lingkungan Pondok kepada santri-santri baru, sebagai adaptasi diri dan juga ta’aruf.

Perguruan Islam Pondok Tremas terletak di ujung barat daya Provinsi Jawa Timur ini, didirikan pada Tahun 1830 M oleh Santri Indonesia pertama yang menimba ilmu di Al Azhar, Mesir. Yaitu KH Abdul Mannan, putra R Ngabehi (RNg) Dipomenggolo, seorang Demang di daerah Semanten pinggiran Kota Pacitan, Jatim.

Nusantara

KH Abdul Manan, pada masa kecilnya bernama Bagus Darso. Sejak kecil ia sudah terkenal cerdas, dan sangat tertarik terhadap keagamaan. Di usia remaja, awalnya ia dikirim ayahnya ke Pondok Pesantren (Ponpes) Tegalsari Ponorogo, Jatim, untuk mempelajari dan memperdalam pengetahuan Agama Islam di bawah bimbingan Kiai Hasan Besari. Bagus Darso, dalam menguasai dan memahami ilmu yang dipelajarinya, melebihi kawan-kawan sebayanya.

Dalam Buku Jauh di Mata Dekat di Hati: Potret Hubungan Indonesia-Mesir (terbitan KBRI Kairo), disebutkan bahwa pada Tahun 1850-an di komplek Masjid Al Azhar telah dijumpai komunitas orang Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Ruwak Jawi (hunian bagi orang Indonesia). Selain Ruwak Jawi, juga terdapat tiga Ruwak lain, yakni Ruwak Atrak (Turki), Ruwak Syami (Suriah) dan Ruwak Maghorobah (Maroko).

Salah satu pelajar pertama Indonesia yang tinggal di Mesir dan tercatat di Buku terbitan Tahun 2010 itu, adalah KH Abdul Manan Dipomenggolo Tremas, Kakek dari Syaikh Mahfudz Attarmasi. KH Abdul Manan Dipomenggolo selama di Negeri Piramida, berguru kepada Grand Syeikh Ke-19, Ibrahim Al Bajuri.

KH Abdul Manan dalam menuntut ilmu di Timur Tengah, kemudian diikuti oleh generasi selanjutnya, yaitu KH Abdullah (putra KH Abdul Manan), Syaikh Mahfudz Attarmasi, KH Dimyathi Tremas, KH Dahlan Al Falaki Tremas (ketiganya putra KH Abdullah) yang menuntut ilmu di Makkah.

KH Abdul Manan Dipomenggolo, telah berhasil meletakkan batu landasan sebagai pangkal berpijak ke arah kemajuan dan kebesaran serta keharuman Pondok Pesantren di Nusantara.(Bambang Pur)