Kepala Disparbud Jepara bersama tamu undangan dan peserta fasien show dari siswa-siswi SMKN 2 Jepara. Foto: Panitia

JEPARA (SUARABARU.ID) – Dalam ikhtiar untuk mendukung dan menjadikan Batik Jepara sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) maka dalam rangka peringatan Hari Batik Nasional 2024, telah diselenggarakan Pesona Wastra Nusantara Batik Jepara. Kegiatan tersebut digelar di paseban dan aula Museum R.A. Kartini Jepara, Selasa 1-2 Oktober 2024.

Kepala Dispardbud Jeepara Muh Eko Udyyono saat menggores canting pertama. Foto: Hadepe

Kegiatan tersebut dibuka oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara, Muh Eko Udyyono. Hadir juga Kabid SMP Disdikpora Kabupaten Jepara, Ahmad Nurrofiq dan Ketua MKKS Prakarya SMP Kab. Jepara dan sejumlah tokoh batik Jepara. Juga ada 6 wisatawan mancanegara asal Perancis. Pembukaan pameran ditandai dengan goresan canting batik oleh Muh Eko Uddyono.

Siswa SMP di Jepara belajar menggambar batik dengan media bambu. Foto: Hadepe

Di bawah balutan tema Pesona Wastra Nusantara Batik Jepara ini  tampilkan tiga kegiatan utama yaitu fasien show yang  menampilkan karya siswa-siswi  SMKN 2 Jepara. Sebanyak 18 orang siswa tampil dengan  busana motif Jepara karya siswa yang merupakan salah satu wastra nusantara.

Disamping itu juga ada kegiatan belajar menggambar batik dengan media bambu yang diikuti puluhan siswa SMP Jepara. “Mengukir dengan media bambu, merupakan salah satu karya Kartini, Rukmini dan Kardinah yang dikirim ke Pameran Karya Perempuan di Den Haag Be;Anda tahun 1898,” ujar Lia Supardianik, dari Disparbud Jepara. Kegiatan ini juga merrupakan  Belajar Bersama di Museum, tambahnya.

Wisatawan asal Perencis turut belajar membatik. Foto: Hadepe

Pemeran batik dari masa ke masa juga menjadi kegiatan yang di helat dalam Pesona Wastra Nusantara. Disamping itu ada sejumlah pembatik yang melakukan demo membatik di aula Museum Kartini, tempat pameran  batik digelar.

Kepala Disparbud Jepara Muh Eko Uddyyono saat membuka acara tersebut mengungkapkan, peran RA Kartini dalam pengembangan batik di Indonesia. Disamping melatih anak-anak dan remaja, bersama adiknya Kartini juga telah mengirimkan karya pada pameran Karya Perempuan di Belanda, salah satunya adalah tata cara proses pembatikan. “Bahkan beliau mengirim bahan dan tulisan tentang tahapan-tahapan proses pembuatan batik,” ujar Eko

Tuisan Kartini ini kemudian menjadi bagian penting buku Sejarah Kesenian Batik Hindia Belanda. “Kalau kita wajar jika Jepara kemudian mengembangkan batik motif Jepara yang diyakini merupakan peninggaran RA Kartini,”  paparnya.

Namun demikian ia mengaku mendukung berkembangnya motif batik lokal yang juga berusaha mengangkat potensi lokal yang ada.

Hadepe