Pancuran di pertapaan sonder yang diyakini masyarakat sebagai petilasan Ratu Kalinyamat sebelum bertapa.

JEPARA (SUARABARU.ID)- Salah satu cerita paling menarik bagi masyarakat Jepara dalam sejarah kerajaan Demak adalah konflik antara Ratu Kalinyamat dan Arya Penangsang. Karena dalam episode ini diceritakan bahwa konflik di antara trah Demak itulah yang menyebabkan terbunuhnya Pangeran Hadlirin di tangan pasukan Arya Penangsang.

Bangunan teras depan sebelum masuk ke dalam tempat pertapaan.

Episode ini banyak ditulis dalam naskah-naskah Jawa terutama dalam Babad Tanah Jawi. Dalam sebuah penggalan naskah tersebut berbunyi:

“Lakinipun Ratu Kalinyamat dipun pejahi, Ratu Kalinyamat sakelangkung melas. Sebab mentas kepejahan sedulur, nunten kapejahan bojo, dados sanget nngenipun prihatos. Lajeng mertapa awuwuda wonten ing redi Danaraja”.

“Suami Ratu Kalinyamat dibunuh, Ratu Kalinyamat sangat belas kasihan nasibnya. Oleh karena baru saja kematian saudara lalu kematian suaminya, jadi sangat prihatin. Ratu Kalinyamat lalu bertapa telanjang di gunung Danaraja.

Dalam tafsir para pujangga Jawa, mertapa awuwuda (bertapa telanjang) Ratu Kalinyamat merupakan sebuah perlambang. Diartikan sebagai bentuk meninggalkan duniawi dan melepaskan baju kebesarannya sebagai seorang Ratu di sebuah kerajaan Islam terbesar di tanah Jawa, yaitu Demak. Tentu para pujangga Jawa dalam menyusun naskah Babad tanah Jawi tidak sembarangan dan sangat hati-hati hingga banyak menggunakan perlambang.

Di dalam bangunan yang mirip musholla inilah situs pertapaan Ratu Kalinyamat berada.

Berbeda dengan para pujangga Jawa, sebagian masyarakat muslim Jawa, yang ramai menziarahi makam Ratu Kalinyamat di Mantingan, menyebut topo wudo dengan istilah Iddah. Hal ini bukan tanpa alasan karena dalam syariat Islam iddah adalah sesuatu yang harus dilakukan bagi seorang istri yang ditinggal mati suaminya.

Di manakah letak pertapaan Ratu Kalinyamat

Pertapaan Ratu Kalinyamat terletak di Dukuh Sonder, Desa Tulakan, Kabupaten Jepara. Jika dari Jepara kota kira-kira perjalanan 1 jam. Pertapaan Sonder Ratu Kalinyamat sudah menjadi salah satu cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Kabupaten Jepara.

Ketika suarabaru.id berkesempatan mengunjungi lokasi yang diyakini sebagai tempat bertapa Ratu Kalinyamat tersebut, aura miitis langsung terasa. Pohon-pohon besar yang tumbuh dengan rindang dan aliran sungai di sebelah pertapaan membuat suasana terasa sangat tenang, meskipun aura mistisnya tidak hilang.

Di sebuah bebatuan di pinggir sungai terdapat sebuah pancuran yang mengalir dari sebuah sumber mata air. Di bebatuan inilah masyarakat meyakini sebagai tempat petilasan Ratu Kalinyamat untuk bersuci sebelum melakukan pertapaan. Bekas-bekas taburan bunga sajen dan dupa masih terlihat di bebatuan tersebut.

Menurut salah satu warga, setiap Desa Tulakan akan menggelar sedekah bumi, pertapaan sonder tersebut menjadi tempat ritual warga. Bukan hanya itu, tiap malam satu Suro, atau setiap malam Jumat Wage, Pertapaan Sonder selalu dipenuhi peziarah yang datang dari berbagai daerah di sekitar Jepara yang kebanyakan kaum perempuan yang ingin cantik alami, seperti Ratu Kalinyamat.

Syaratnya, mereka terlebih dahulu harus mandi di sungai kecil yang ada di dekat situs bekas pertapaan, kemudian disusul dengan laku tapa atau meditasi selama 40 hari. Setiap peziarah harus bersuci terlebih dahulu (berwudlu) sebelum memanjatkan do’a do’a. Kegiatan yang berkaitan dengan petilasan ini adalah Upacara Jembul Tulakan yang merupakan ritual sedekah bumi yang dilaksanakan setahun sekali.

Namun sayang, tempat utama sebagai lokasi pertapaan Ratu Kalinyamat tidak bisa diakses. Bangunan baru mirip musholla dengan tembok berwarna pink menutupi total situs tersebut. Bukan hanya bangunan tersebut, ketika suarabaru,id mencoba mengintip dari ventilasi jendela, situs pertapaan Ratu Kalinyamat diselimuti kain kaffan dibuat mirip seperti makam sehingga tidak bisa terlihat sama sekali.

ua

https://kab-jepara.kpu.go.id/berita/baca/8769/pengumuman-pendaftaran-pasangan-calon-bupati-dan-wakil-bupati-jepara-tahun-2024