WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Krisis lingkungan menjadi tantangan besar masyarakat dunia saat ini, akibat terganggunya keseimbangan ekosistem.
Untuk itu, berbagai upaya pemulihan lingkungan menjadi prioritas yang harus dilakukan, guna meningkatkan daya dukung ekosistem kehidupan makhluk hidup di dalamnya.
Hal tersebut disampaikan Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM Pemkab Wonosobo Yusuf Haryanto, dalam acara “Simposium Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024”, di Hotel Dafam, Selasa (2/6/2024).
Sudah sepatutnya semua pihak mampu meningkatkan capaian pengelolaan sampah. Sebab sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi masalah serius, yang mengancam kelestarian lingkungan dan keberlangsungan kehidupan makhluk hidup di dalamnya.
“Mari perkuat komitmen bersama dalam melaksanakan upaya pelestarian lingkungan hidup, dengan menggerakkan aksi nyata peduli lingkungan,” ungkapnya.
Yusuf menambahkan, upaya pelestarian lingkungan secara masif menjadi langkah penting, dimulai dari menumbuhkan kesadaran masyarakat atas isu lingkungan untuk mendorong partisipasi dalam melestarikan lingkungan hidup.
Dikatakan Yusuf, mengingat pentingnya kelestarian lingkungan, kita harus memperkuat komitmen dan melaksanakan langkah bersama dalam rangka melestarikan lingkungan hidup.
“Masalah pertanian adalah salah satu sektor unggulan di Wonosobo. Maka diperlukan kebijakan dalam pengolahan lahan. Yakni penerapan praktik pertanian ramah lingkungan, untuk mengurangi erosi lahan dan kerusakan akibat penggunaan pestisida,” tambah Yusuf.
Lebih lanjut dijelaskan, mengingat lahan kritis di luar kawasan hutan pada tahun 2023 mencapai luas 12.527,05 hektar, maka urgensi pelaksanaan konservasi untuk menangani lahan kritis semakin meningkat.
Pelestarian dan pemulihan sumber mata air melalui konservasi, terutama menilik data triwulan 1 tahun 2024, dari sebanyak 1.782 mata air di Wonosobo, sebanyak 215 atau 12,07 persen di antaranya rusak.
Kelestarian Lingkungan
“Indeks kualitas lingkungan Hidup Wonosobo tahun 2023 sebesar 76,28. Indikatornya yakni indeks kualitas air sebesar 74,26, indeks kualitas udara 85,86 dan indeks kualitas tutupan pahan 62,04. Itu menggambarkan bahwa kualitas lingkungan hidup di daerah ini masih perlu ditingkatkan,” paparnya.
Pihaknya berharap, melalui kegiatan tersebut dapat menjadi dasar, bagi segenap pemangku kebijakan dan seluruh elemen masyarakat, untuk memperkuat komitmen dalam pemulihan lingkungan hidup di Wonosobo. Sehingga ada rumusan arah kebijakan yang pelaksanaannya lebih terarah dan hasilnya terukur.
“Saya harap simposium ini dapat menghasilkan output penting. Yakni komitmen dan arah kebijakan yang terukur, dapat dicapai dalam kurun waktu yang ditentukan. Relevan dengan kondisi Wonosobo diikuti dengan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya
Sehingga bersama-sama dapat mewujudkan kelestarian lingkungan hidup,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Wonosobo, Endang Lisdiyaningsih mengungkapkan, melalui simposium ini, diharapkan terjalin sinergi antar sektor dan kolaborasi dari seluruh elemen masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Menggali isu-isu terkait kualitas dan kuantitas air dan pengelolaan sampah yang lebih baik.
“Kegiatan ini merupakan salah satu gongnya peringatan Hari Lingkungan Hidup sedunia tahun 2024, dengan tema “Konservasi Tanah dan Air serta Pengelolaan Sampah sebagai Upaya Pemulihan Lingkungan Hidup” diikuti peserta berbagai OPD terkait, Kepala Desa, BUMD dan komunitas,” jelas Endang.
Dengan adanya simposium ini, Wonosobo diharapkan mampu menghasilkan rumusan arah kebijakan yang terarah dan terukur untuk pelestarian lingkungan hidup. Hal ini juga sebagai bentuk peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, menjadikan langkah nyata bagi Pemkab Wonosobo dalam menghadapi tantangan lingkungan di masa depan.
Muharno Zarka